Mereka menyebut kereta dorong itu Wajbeh, yang artinya makanan. Warnanya ungu sehingga terlihat mencolok saat diparkir di pinggiran jalan yang ramai di Sanaa, Yaman. Pada sore hari, puluhan orang terlihat mengelilinginya, menantikan jatah mereka untuk berbuka puasa.
Wajbeh merupakan gagasan warga bernama Naguib al-Hajji, dermawan di kota Sanaa yang merasa banyak warga Yaman yang tidak punya cukup makanan untuk berbuka puasa selama bulan suci Ramadan. Ia membuat kereta dorong yang berfungsi sebagai kios amal ini bersama sejumlah sukarelawan.
“Di rumah, saya memiliki berbagai jenis makanan yang tersedia di atas meja, tetapi bagaimana dengan orang-orang ini? Saya sekarang berpuasa dan menantikan saat berbuka puasa. Apakah mereka menantikan buka puasa sama seperti keluarga saya? Atau apakah mereka bahkan tidak peduli karena mereka tidak punya makanan, atau hanya punya kurma dan air? Dari sinilah ide itu berasal. Saya pikir kenapa kita tidak menawarkan sesuatu untuk membantu mereka. Saya berharap bisa menginspirasi orang lain untuk membuat kios amal serupa,” jelasnya.
Menurut Al-Hajji, para sukarelawan Wajbeh, pada prinsipnya bertugas seperti perantara antara donatur dan mereka yang membutuhkan bantuan. Kios amal itu tidak hanya membagikan makanan, tapi juga menampung sumbangan makanan.
Di tengah kesibukan membagikan makanan hangat, sejumlah sukarelawan Wajbeh terlihat menerima sumbangan makanan seperti beras, pisang, kurma, air minum, dan bahkan makanan hangat siap santap dari mobil-mobil yang datang mendekat.
Prakarsa amal ini sangat mengandalkan media sosial, tepatnya Facebook, untuk menyebarkan informasi bahwa mereka membutuhkan bantuan. Dan karena Facebook pulalah Zainab Abdulrahman mengetahui keberadaan Wajbeh, dan segera menyiapkan makanan hangat untuk disumbangkan.
Your browser doesn’t support HTML5
"Saya pertama kali mengetahui ini di Facebook dan saya sangat bersemangat untuk berpartisipasi. Karena saya seorang ibu rumah tangga dan ingin mengambil bagian dalam inisiatif ini, saya bisa membantunya dari rumah dengan membuat makanan. Saya hanya perlu mengantarkan ke kios ini, dan kios ini yang bertanggung jawab mendistribusikan makanan," jelas Abdulrahman.
Yaman kembali melalui Ramadan dalam perang sejak koalisi pimpinan Arab Saudi turun tangan untuk menggulingkan Houthi yang bersekutu dengan Iran pada 2015, sehingga menewaskan dan memaksa ribuan orang mengungsi.
Perang yang dipandang sebagai proksi antara Arab Saudi dan Iran ini telah menyebabkan lebih dari separuh warga Yaman mengalami kerawanan pangan, dan membawa negara itu ke ambang kelaparan.
Kehadiran Wajbeh tidak menyelesaikan krisis pangan di Sanaa, atau Yaman secara umum. Aly Mohammed Abdo, seorang pengungsi asal Hajjah di Sanaa, mengatakan, apa yang diberikan Wajbeh memang membantu tapi terlalu kecil untuk menutupi kebutuhan keluarganya.
"Jumlah orang dalam keluarga saya 15, termasuk anak-anak. Jatah makanan ini hanya cukup untuk saya. Saya duduk di sini bersama para pengungsi miskin lainnya. Saya meminta pemilik kios amal ini menyediakan makanan untuk semua orang yang telantar." [ab/uh]