Wakil Kepala Garda Revolusi: Iran Siap Terapkan Sanksi Berat pada Israel

Kendaraan melaju melewati spanduk besar yang memperlihatkan mendiang pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, kiri, bergandengan tangan dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, di sebuah alun-alun di pusat kota Teheran, Iran, Senin, 5 Agustus 2024. (Foto: AP)

Iran akan melaksanakan perintah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk memberikan "sanksi tegas" Israel atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran. Demikian disampaikan oleh seorang Wakil Komandan Garda Revolusi pada Jumat (9/8) melalui kantor berita setempat.

"Instruksi dari pemimpin tertinggi untuk menghukum tegas Israel dan membalas darah martir Ismail Haniyeh sangat jelas... dan akan dilakukan sebaik mungkin," ujar Ali Fadavi, seperti dikutip oleh media Iran.

Iran dan Hamas menuduh Israel sebagai pelaku pembunuhan Haniyeh pada 31 Juli. Israel belum memberikan konfirmasi atau penolakan atas keterlibatannya dalam insiden tersebut, yang menimbulkan kekhawatiran konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza bisa berkembang menjadi perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Ketika diminta oleh wartawan untuk menanggapi pernyataan Fadavi, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan bahwa AS siap membela Israel dengan berbagai sumber daya yang ada di kawasan tersebut. Ia juga menambahkan, "Ketika kita mendengar retorika semacam itu, kita harus menanggapinya dengan serius, dan itulah yang kami lakukan."

Demonstran berdoa di dekat peti jenazah palsu bergambar pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang terbunuh di Iran di Beirut, Lebanon, 2 Agustus 2024. (Foto: REUTERS/Emilie Madi)

Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat menyatakan bahwa tanggapan Teheran terhadap pembunuhan Haniyeh oleh Israel adalah "sepenuhnya terpisah" dari upaya mediasi gencatan senjata dalam perang 10 bulan antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

"Namun, kami berharap tanggapan kami akan tepat waktu dan dilakukan dengan cara yang tidak merugikan potensi gencatan senjata," kata misi tersebut ketika ditanya apakah Iran dapat menunda pembalasannya hingga setelah perundingan gencatan senjata Gaza minggu depan.

Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar pada Kamis mengusulkan agar Israel dan Hamas mengadakan pertemuan pada 15 Agustus mendatang di Doha atau Kairo untuk membahas gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera. Israel menyatakan kesediaannya untuk hadir, sementara seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa mereka masih mempertimbangkan tawaran tersebut.

"Prioritas kami adalah untuk membangun gencatan senjata yang langgeng di Gaza; setiap kesepakatan yang diterima oleh Hamas juga akan diakui oleh kami," kata misi PBB Iran di New York.

Rezim Israel merusak keamanan dan kedaulatan nasional kami melalui tindakan terorisme baru-baru ini. Kami berhak membela diri, dan hal ini sama sekali tidak terkait dengan masalah gencatan senjata Gaza," ujarnya.

BACA JUGA: Blinken: Iran dan Israel ‘Sebaiknya Tidak Meningkatkan Konflik’

Ketika ditanya tentang laporan Iran, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan: "Kami tidak ingin berspekulasi tentang tindakan apa yang akan diambil oleh rezim Iran."

Juru bicara tersebut menyatakan bahwa Amerika Serikat terus berkomunikasi dengan mitra-mitranya di kawasan dan sekitarnya. Ia menambahkan, "Dalam percakapan tersebut, kami mendengar kesepakatan yang tegas: tidak ada yang boleh memperburuk konflik ini."

"Kami telah melakukan diplomasi intensif dengan sekutu dan mitra kami untuk menyampaikan pesan tersebut langsung ke Iran. Kami juga telah menyampaikan pesan yang sama langsung kepada Israel," kata juru bicara tersebut. [ah/ft]