Walikota London Tegaskan Tak Peduli dengan Cuitan Trump

  • Associated Press

Foto Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Walikota London, Sadiq Khan.

Walikota London, Sadiq Khan mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan penghinaan berulang lewat media sosial yang diterimanya dari Presiden Amerika Serikat, dan hari Selasa (6/6) Khan menegaskan bahwa dia "benar-benar tidak peduli dengan cuitan Donald Trump."

Sadiq Khan, yang membuat sejarah sebagai pemimpin Muslim pertama di ibukota Inggris, telah berulang kali menjadi sasaran cuitan Trump di Twitter. Setelah serangan teror hari Sabtu (3/6) di Jembatan London yang menewaskan tujuh orang, Trump dalam cuitannya mengritik walikota itu karena mengatakan kepada publik bahwa tidak ada alasan untuk khawatir dengan kekejaman (serangan) tersebut.

Padahal sebenarnya, Khan merujuk kepada ucapannya di televisi mengenai kehadiran pasukan keamanan bersenjata di jalan-jalan London (yang tidak perlu dikhawatirkan, red.).

Ketika media Inggris menertawakan kecamannya di Twitter yang salah konteks, Trump justru kembali bercuit di Twitter dan menuduh media membela "alasan yang menyedihkan" dari walikota London.

Wartawan berulang kali menanyakan pendapat Khan mengenai Trump usai Khan menghadiri acara doa bersama hari Selasa untuk mengenang para korban serangan di London.

Khan yang berusia 46 tahun, dan mulai menjabat walikota London bulan Mei 2016 setelah sebelumnya bertugas di Parlemen, umumnya memuji "hubungan khusus" antara pemerintah AS dan Inggris. Khan dengan tenang juga menjelaskan tentangannya terhadap larangan perjalanan Trump terhadap warga dari beberapa negara Muslim.

Namun, Khan tampak sedikit jengkel saat ditanya komentarnya tentang kritikan Trump lewat media sosial.

"Saya tidak tahu bagaimana mengatakan ini kepada Anda, tapi saya benar-benar tidak peduli (dengan cuitan Trump)," tandasnya dengan kesal.

Kecaman luar biasa Trump terhadap walikota London yang tengah berduka (pasca serangan teror) telah membuat jijik banyak warga London. Mereka menegaskan kembali tentangannya terhadap kunjungan kenegaraan Presiden AS itu ke Inggris yang direncanakan pada akhir tahun ini. Perdana Menteri Theresa May mengundang Trump untuk berkunjung ke Inggris seminggu setelah pelantikannya pada 20 Januari lalu.

Khan termasuk di antara mereka yang telah meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali undangan terhadap Trump tersebut, yang menggambarkan kunjungan kenegaraan tersebut sebagai "tidak pantas" mengingat Trump selama beberapa bulan berusaha mendesakkan "larangan perjalanan" bagi warga dari beberapa negara mayoritas Muslim.

Khan mengatakan kepada Associated Press bahwa menurutnya kebijakan "larangan perjalanan" tersebut berlawanan dengan nilai-nilai Amerika.

"Ada jutaan Muslim di seluruh dunia yang mencintai Amerika. Mereka mencintai Inggris, mereka ingin datang ke sini untuk menempuh pendidikan, menjadi turis, memulai bisnis, bekerja, dan belajar. Mengapa Anda (justru) ingin menghentikan mereka datang?" tanya Khan.

"Kami melihat pada Sabtu malam (pasca serangan London) beberapa orang yang bekerja di dinas kesehatan, beberapa konsultan, para ahli bedah, para ahli bedah Muslim, beberapa di antaranya adalah orang-orang yang datang ke negara ini dari negara-negara mayoritas Muslim tersebut," tambah Khan.

"Mereka (para Muslim itu) membantu menyelamatkan nyawa, mengurangi jumlah korban tewas, beberapa petugas polisi, beberapa tim respon bersenjata, yang membantu menjaga kota ini menjadi aman, adalah juga Muslim," tegasnya. [pp]