Menyusul aksi kekerasan di Solo, walikota Solo meminta masyarakat waspada dan aktif melapor, sementara sebagian warga menggelar aksi damai.
Walikota Solo, Joko Widodo, meminta warganya tetap waspada dan aktif melakukan deteksi dini aksi terorisme menyusul berbagai aksi kekerasan yang terjadi dua pekan ini.
“Aksi beruntun ini sudah meresahkan masyarakat, tidak bisa ditolerir lagi. Saya minta warga Solo tetap tenang dan jangan saling curiga. Yang penting warga harus aktif memberikan informasi jika ada hal-hal penting terkait aksi terorisme tersebut. Informasi sekecil apapun sampaikan ke polisi atau aparat keamanan. Kita harus tetap waspada dan segera selesaikan kasus terorisme ini,” ujar Joko, Minggu (2/9).
Sementara itu, sekitar 100 warga Solo berkumpul dan menggelar aksi damai pada hari bebas kendaraan di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (2/9). Berbagai poster dan tulisan “Solo Aman, Solo Damai” dan ungkapan duka cita untuk dua polisi yang tewas dalam aksi kekerasan di Solo dua pekan terakhir menghiasi lokasi aksi tersebut.
Juru bicara aksi damai tersebut, Abdul Arif, mengatakan aksi kekerasan yang beruntun terjadi sangat meresahkan warga, apalagi sasarannya petugas polisi.
“Aksi teror terjadi beruntun, tiga kali dalam waktu dua minggu, ya jelas kami menjadi resah, khawatir. Kenapa kejadiannya begitu berturut-turut? Ada apa? Kehidupan kami jadi tidak normal. Harapan kami, jangan sampai terulang kembali. Kalau bisa aksi terorisme ini yang terakhir,” ujar Abdul.
Aksi pertama terjadi pada malam Kemerdekaan RI 17 Agustus lalu di pos polisi Gemblegan yang melukai dua polisi. Dua hari kemudian, saat malam takbiran menjelang Idul Fitri, 18 Agustus, pos polisi di Gladag rusak terkena ledakan lemparan granat.
Pada 30 Agustus, sebuah pos polisi di kawasan perdagangan Pasar Singosaren Solo menjadi sasaran penyerangan tembakan kelompok tak dikenal. Berondongan tembakan menewaskan seorang polisi di lokasi tersebut. Peluru pelaku menembus bagian dada, lengan, dan perut.
Pada 31 Agustus, polisi antiteror menggrebek lokasi keberadaan kelompok teroris di Tipes, Serengan, Solo. Terjadi baku tembak yang menewaskan seorang polisi antiteror dan dua orang kelompok tersebut, sedangkan satu orang ditangkap. Mabes Polri menyatakan bahwa anggota kelompok tersebut masih berusia 19 tahun dan termasuk jaringan kelompok bersenjata di Filipina.
“Aksi beruntun ini sudah meresahkan masyarakat, tidak bisa ditolerir lagi. Saya minta warga Solo tetap tenang dan jangan saling curiga. Yang penting warga harus aktif memberikan informasi jika ada hal-hal penting terkait aksi terorisme tersebut. Informasi sekecil apapun sampaikan ke polisi atau aparat keamanan. Kita harus tetap waspada dan segera selesaikan kasus terorisme ini,” ujar Joko, Minggu (2/9).
Sementara itu, sekitar 100 warga Solo berkumpul dan menggelar aksi damai pada hari bebas kendaraan di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (2/9). Berbagai poster dan tulisan “Solo Aman, Solo Damai” dan ungkapan duka cita untuk dua polisi yang tewas dalam aksi kekerasan di Solo dua pekan terakhir menghiasi lokasi aksi tersebut.
Juru bicara aksi damai tersebut, Abdul Arif, mengatakan aksi kekerasan yang beruntun terjadi sangat meresahkan warga, apalagi sasarannya petugas polisi.
“Aksi teror terjadi beruntun, tiga kali dalam waktu dua minggu, ya jelas kami menjadi resah, khawatir. Kenapa kejadiannya begitu berturut-turut? Ada apa? Kehidupan kami jadi tidak normal. Harapan kami, jangan sampai terulang kembali. Kalau bisa aksi terorisme ini yang terakhir,” ujar Abdul.
Aksi pertama terjadi pada malam Kemerdekaan RI 17 Agustus lalu di pos polisi Gemblegan yang melukai dua polisi. Dua hari kemudian, saat malam takbiran menjelang Idul Fitri, 18 Agustus, pos polisi di Gladag rusak terkena ledakan lemparan granat.
Pada 30 Agustus, sebuah pos polisi di kawasan perdagangan Pasar Singosaren Solo menjadi sasaran penyerangan tembakan kelompok tak dikenal. Berondongan tembakan menewaskan seorang polisi di lokasi tersebut. Peluru pelaku menembus bagian dada, lengan, dan perut.
Pada 31 Agustus, polisi antiteror menggrebek lokasi keberadaan kelompok teroris di Tipes, Serengan, Solo. Terjadi baku tembak yang menewaskan seorang polisi antiteror dan dua orang kelompok tersebut, sedangkan satu orang ditangkap. Mabes Polri menyatakan bahwa anggota kelompok tersebut masih berusia 19 tahun dan termasuk jaringan kelompok bersenjata di Filipina.