Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Wendy Sherman hari Selasa (9/8) mengatakan Washington tidak meminta negara-negara untuk memilih antara Amerika dan China. Pernyataan ini disampaikannya saat ia mengakhiri lawatan untuk mempertegas kembali hubungan di Pasifik.
“Saya kira ini bukan pertempuran. Saya kira negara-negara berusaha memiliki hubungan dengan setiap negara yang mereka Yakini dapat membantu mereka bergerak maju. Amerika tidak meminta negara-negara mana pun untuk memilih antara kami (Amerika.red) dan China, atau negara lain dan China. Apa yang kami minta adalah agar kita semua memiliki tingkat permainan yang setara sesuai tatanan berbasis aturan yang diberlakukan setelah Perang Dunia II yang penuh gejolak dan menelan begitu banyak nyawa dan harta di seluruh dunia,” ujarnya.
Wendy Sherman menyampaikan hal ini kepada media di Selandia Baru seusai melangsungkan pertemuan dengan Perdana Menteri Jacinda Ardern.
Sherman mengatakan merupakan prioritas utama bagi Presiden Joe Biden untuk membangun kembali aliansi dan hubungan di seluruh dunia, dan para pejabat menggunakan setiap piranti yang ada untuk berkolaborasi dengan mitra-mitranya di Pasifik.
BACA JUGA: Wamenlu AS Kunjungi Solomons dan AustraliaSebelumnya dalam pertemuan ASEAN Regional Forum di Kamboja pekan lalu, Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn menyoroti kian beragam dan rumitnya isu yang dihadapi negara-negara di seluruh dunia, di tengah ketegangan diantara negara-negara besar. Ia tidak menyebut negara besar yang dimaksudnya tetapi sudah menjadi rahasia publik bahwa hal ini terkait ketegangan Amerika dan China.
“Semua masalah lintas dimensi ini telah mempengaruhi setiap negara dalam satu dan lain cara. Itu sebabnya kami meminta semua orang mengatasi tantangan bersama ini sehingga kami dapat mengamankan perdamaian dan stabilitas yang langgeng,” kata Prak.
Your browser doesn’t support HTML5
Selandia Baru merupakan perhentian terakhir Wendy Sherman setelah sebelumnya melakukan perjalanan ke Samoa, Tonga, Kepulauan Solomon dan Australia.
Kepulauan Solomon pada April lalu menandatangani pakta keamanan dengan China, suatu langkah yang mengkhawatirkan banyak negara di Pasifik akan potensi terjadinya penumpukan pasukan militer. [em/jm]