Pihak berwenang Filipina menyerahkan surat panggilan ke pengadilan ke kantor Wakil Presiden Sara Duterte, Selasa (26/11). Duterte diundang untuk menjawab pertanyaan investigator setelah ia secara terbuka mengeluarkan ancaman pembunuhan terhadap presiden, istrinya dan ketua DPR jika ia sendiri tewas dalam rencana pembunuhan yang tidak diungkapkannya.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. pada hari Senin menyebut ancaman Duterte itu sebagai rencana kejahatan serta bertekad akan melawannya dan menegakkan supremasi hukum di negaranya, di tengah pertikaian yang membayangi kedua pemimpin tertinggi negara itu.
Kepolisian nasional dan militer menyatakan kewaspadaan mereka dan segera meningkatkan keamanan Marcos. Penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano mengatakan ancaman tersebut merupakan isu keamanan nasional.
Duterte, seorang ahli hukum berusia 46 tahun, mengatakan, pernyataannya bukan merupakan ancaman sungguhan tetapi ungkapan kekhawatiran akan keselamatannya sendiri karena ancaman yang tidak dirinci terhadap hidupnya.
Pernyataan pemerintahan Marcos mengenai Duterte adalah “lelucon” dan bagian dari upaya untuk menindas kritikus seperti dirinya, kata Duterte.
Surat panggilan itu memerintahkan Duterte untuk hadir di hadapan Biro Investigasi Nasional pada hari Jumat untuk “menjelaskan penyelidikan atas dugaan ancaman serius.”
Duterte hari Senin mengatakan ia bersedia menghadapi investigasi tetapi menuntut pemerintahan Marcos agar juga menanggapi pertanyaannya, termasuk dugaan penyimpanan dalam pemerintahan.
Berdasarkan UU Filipina, pernyataan terbuka semacam itu bisa dianggap sebagai kejahatan mengeluarkan ancaman untuk mencelakakan seseorang atau keluarga mereka dan diancam dengan hukuman penjara dan denda.
Marcos mencalonkan diri bersama dengan Duterte sebagai pasangan calon wakil presidennya dalam pemilihan 2022 dan keduanya menang telak dengan kampanye yang menyerukan persatuan nasional. Di Filipina, dua jabatan itu dipilih secara terpisah.
Namun, kedua pemimpin dan tim kampanye mereka tidak lama kemudian berselisih mengenai berbagai pendapat penting, termasuk di antaranya pendekatan mereka terhadap klaim teritorial China yang agresif di Laut China Selatan yang disengketakan.
Duterte mengundurkan diri sebagai menteri pendidikan dan kepala badan antipemberontakan di Kabinet Marcos pada Juni lalu dan menjadi salah seorang kritikus paling vokal terhadap presiden, istrinya dan sepupunya, Martin Romualdez, yang memimpin DPR.
DPR telah menyelidiki dugaan penyalahgunaan dana rahasia pemerintah oleh Duterte selaku wakil presiden dan sewaktu ia menjadi Menteri Pendidikan. [uh/ab]