Tampaknya setiap kali warga Gaza memimpikan dapat merayakan Idulfitri yang menyenangkan, ada saja kondisi yang menghalanginya.
Beberapa hari menjelang Idulfitri yang dirayakan empat hari di sana, warga di wilayah kantong Palestina itu bersusah payah menghadapi kenaikan harga makanan dan barang-barang lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnnya.
Jalan-jalan dan pasar-pasar di Kota Gaza tampak ramai dan dipenuhi oleh orang-orang dan berbagai barang menjelang hari raya itu.
Namun orang-orang mengatakan, mereka tidak memiliki cukup uang dan mereka berupaya untuk menghindari pengeluaran dan berbelanja.
"Ini merupakan situasi yang sulit. Para pekerja hampir-hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun kebanyakan orang lain merasa benar-benar kecewa. Ini benar-benar situasi yang sulit," kata Um Musab, seorang warga.
Warga lainnya, Mahmoud Al-Madhoun, mengungkapkan, "Secara finansial, situasi ini berubah dari buruk menjadi lebih parah. Orang-orang menghadapi kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama keuangan. Namun terlepas dari itu, orang-orang bertekad untuk bersukacita."
Para pedagang juga mengeluh. Salah seorang di antaranya adalah Abu Hani Al-Dali.
BACA JUGA: Peringati Malam Lailatul Qadar, Umat Muslim Padati Masjid Al-Aqsa"Pada Idulfitri tahun lalu, semuanya tutup karena perang. Idulfitri tahun ini, situasi perekonomian sangat, sangat buruk. Semoga Tuhan membantu orang-orang dalam membeli baju-baju bagi anak mereka, membeli keperluan Idul Fitri dan masih banyak lainnya. Semua orang merasa khawatir," ujarnya.
Wilayah itu telah berada dalam blokade Israel-Mesir yang ketat, yang bertujuan untuk mengisolasi Hamas, kelompok militan yang merebut paksa wilayah Gaza pada tahun 2007.
Kelompok Hamas dan Israel telah terlibat dalam empat perang dan bentrokan lebih kecil yang tidak terhitung jumlahnya.
Pertempuran tahun lalu terjadi pada saat perayaan Idulfitri.
Para pedagang mengaitkan kenaikan harga itu dengan invasi Rusia di Ukraina.
Mereka juga mengatakan, biaya transportasi telah naik dua kali lipat sejak wabah COVID-19 merebak.
Gaza sangat bergantung pada impor.
Perayaan Idulfitri dalam dua tahun ini juga terasa sepi akibat penutupan dan pembatasan untuk mencegah penyebaran virus corona. [lj/uh]