Ratusan orang di Hong Kong mengantre di kios koran di Mong Kok, sebuah distrik padatn penduduk di Kowloon, awal Kamis (24/6) untuk membeli edisi terakhir surat kabar Apple Daily.
Mengutip Associated Press, Kios itu menjual 8.800 eksemplar dalam waktu tiga jam, dan kebanyakan orang membeli beberapa eksemplar ketika penjualan dimulai pada pukul 01.00 waktu setempat.
Surat kabar pro-demokrasi terakhir di Hong Kong itu menerbitkan edisi terakhirnya pada Kamis (24/6) setelah lima editor dan eksekutifnya ditangkap dan jutaan dolar dalam asetnya dibekukan sebagai bagian dari penumpasan yang dilakukan oleh China yang semakin menjadi-jadi terhadap perbedaan pendapat di kota semi-otonom itu.
Dewan direksi Next Media, perusahaan induk Apple Daily, mengatakan dalam pernyataan pada Rabu (23/6) bahwa edisi cetak dan daring akan dihentikan karena “keadaan yang saat ini berlaku di Hong Kong.”
Pemberangusan surat kabar pro-demokrasi yang menonjol tersebut merupakan isyarat terbaru tekad China untuk memberlakukan kontrol yang lebih ketat atas kota yang lama dikenal dengan kebebasannya itu.
Apple Daily didirikan oleh raja media Jimmy Lai pada 1995 dan pada awalnya dikenal sebagai tabloid gosip mengenai selebritas. Namun, Lai juga menggambarkan koran itu sebagai promotor nilai-nilai demokrasi dan mengatakan surat kabat itu harus “menyinari ular, serangga, tikus dan semut dalam kegelapan.” [lt/mg]