Ribuan orang Iran berkumpul di kota Kerman, Selasa (7/2) untuk menghadiri pemakaman komandan militer Qassem Soleimani, yang pembunuhannya pekan lalu dalam serangan udara Amerika telah memicu kekhawatiran konflik yang lebih luas, sementara kedua negara mengancam akan melakukan tanggapan keras terhadap tindakan masing-masing pihak lawan.
Kerumunan para pelayat berpakaian serba hitam di kota kelahiran Soleimani itu mengingatkan kejadian serupa yang telah berlangsung minggu ini di Teheran, Qom dan Ahvaz.
Termasuk dalam kerumuman itu adalah pemimpin Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, yang menambahkan ancaman terbaru untuk membalas dendam terhadap Amerika Serikat atas serangan udara, yang terjadi di luar bandara Baghdad pada hari Jumat lalu itu.
BACA JUGA: Ratusan Ribu Warga Iran Berduka atas Tewasnya SoleimaniPara pejabat Amerika menyalahkan Soleimani atas pembunuhan pasukan Amerika di Irak oleh pasukan yang didukung Iran dan menuduhnya merencanakan serangan-serangan baru yang “akan segera dilaksanakan” terhadap personel Amerika di wilayah tersebut, tetapi tidak secara terbuka mengungkapkan sifat ancaman itu.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Iran, pemerintah Amerika telah menolak memberikan visa kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif untuk melakukan perjalanan ke New York guna menghadiri pertemuan PBB mendatang.
Setelah serangan udara itu, Iran juga mengumumkan akan mengesampingkan kepatuhannya dengan perjanjian 2015 yang mengekang program nuklirnya. Langkah itu mendorong Presiden Amerika Donald Trump, yang menarik diri dari kesepakatan itu dan menerapkan sanksi baru terhadap Iran.
Hari Senin (6/1) dia menyampaikan cuitan lewat Twitter bahwa “IRAN TIDAK AKAN PERNAH MEMILIKI SENJATA NUKLIR!” [lt/ab]