Ini dimulai dengan serangan Hamas terhadap puluhan komunitas di Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Kini, setelah lebih dari dua minggu serangan udara besar-besaran Israel yang menarget Hamas, para pejabat kesehatan Palestina mengatakan sudah lebih dari 6.400 orang tewas di Jalur Gaza, termasuk ribuan perempuan dan anak-anak.
Mengenai serangan Hamas, Direktur Institut Forensik Nasional Israel, Chen Kugel, mengatakan, “Kita jarang melihat kekejaman seperti yang kita lihat di sini. Saya sudah 31 tahun dalam bidang patologi forensik dan belum pernah melihat apa pun, sebesar dan sekejam ini.”
Hampir 1.000 jasad masih dalam lemari penyimpanan dingin di satu pangkalan militer. Dari jumlah itu, hampir 300 masih belum diidentifikasi. Banyak mayat yang terbakar sehingga hanya dapat diidentifikasi dengan DNA.
“Kami dapati orang yang tubuhnya hanya tersisa satu kilogram karena terbakar total. Dan sebagian di antaranya hanya berupa potongan,” lanjutnya.
Tugas identifikasi yang sulit ini sangat mendesak karena tradisi Yahudi mewajibkan penguburan segera. Bahkan sebelum pemakaman, doa Yahudi untuk orang mati, “Kaddish,” dibacakan di atas jasad yang dikumpulkan Zaka, organisasi keagamaan Israel yang mengambil jenazah untuk pemakaman Yahudi.
Bagi prajurit yang gugur, ada satuan tentara Israel yang bertugas menangani jasadnya dan menyiapkan penguburan sesuai prinsip penghormatan terhadap orang yang mati.
Ariav Schlesinger, seorang tentara cadangan Pasukan Pertahanan Israel mengatakan, “Harus ada orang yang turun ke kuburan dan memastikan bahwa jasad tentara itu benar-benar telentang lurus, tidak dalam posisi yang tidak sopan, dan seluruhnya tertutup. Kecuali jika benar-benar perlu untuk melihat sesuatu pada mayat itu, maka bagian spesifik itu akan dibuka.”
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara itu di Gaza, orang-orang Palestina berusaha mengikuti hukum Islam walaupun mereka kesulitan memakamkan ribuan orang yang tewas. Dr. Yasser Abu Jamei adalah kepala Program Kesehatan Jiwa Gaza.
“Mereka mengatakan sekitar 1.500 mayat masih terjebak di bawah reruntuhan, termasuk sekitar 800 anak-anak. Sayangnya, peralatan yang ada tak cukup untuk menangani demikian banyak rumah yang hancur. Kekurangan bahan bakar kini mengimbas mereka. Sebagian dari mayat-mayat itu sudah berada di sana lebih dari satu minggu. Mereka dianggap mati. Mayat-mayat itu tidak bisa dibiarkan di sana, mereka harus dikuburkan dengan cara yang bermartabat,” jelasnya.
Jamei menambahkan, menurut Islam, mayat harus dimandikan, lalu dibungkus dengan kain kafan. Orang-orang yang membawa jenazah ke kuburan, dan para pelayat, harus memanjatkan doa bagi jasad itu sebelum dimakamkan.
Namun, akibat serangan udara Israel, banyak mayat yang tidak utuh. Jamei mengatakan, seringkali muncul situasi di mana satu lubang kuburan harus diisi beberapa jenazah. Sekali lagi, Dr. Yasser Abu Jamei:
“Dalam situasi itu, jasad-jasad dimasukkan dalam satu lubang dan dikuburkan bersama-sama. Pada hari keempat atau kelima ada puluhan jasad di Rumah Sakit Shifa, dan tidak ada sarana yang layak untuk mengadakan pemakaman bagi semua orang,” jelasnya.
Dalam Yahudi dan Islam, ada masa berkabung di mana teman dan kerabat datang untuk menyampaikan belasungkawa dan mengenang orang yang telah meninggal. Sementara pertempuran berlanjut, banyak dari kedua pihak terus berduka.[ka/lt]