Warga Libya di Zimbabwe Demonstrasi Menentang Gaddafi

  • Peta Thornycorft

Warga Libya yang tinggal di Zimbabwe berdemosntasi menentang kekuasaan Moammar Khadafidi depan Kedubes Libya di Hahare (24/8).

Demonstrasi di luar Kedutaan Besar Libya di ibukota Harare itu diabaikan oleh polisi yang biasanya menangkapi pemrotes di jalan.

Banyak warga Zimbabwe yakin Kolonel Moammar Gaddafi dan Presiden Robert Mugabe adalah sekutu dekat, oleh karena itu mereka terpana ketika sekelompok warga Libya berdemonstrasi hari Rabu di luar kedutaan besar mereka di pusat kota Harare mendukung kelompok pemberontak yang menguasai hampir seluruh Libya.

Bendera hijau yang sebelumnya berkibar di atas gedung kedutaan besar diturunkan dan diganti bendera yang digunakan Dewan Peralihan Nasional, yang sebelumnya digunakan di Libya antara tahun 1951 sampai 1969.

Salah seorang demonstran Libya yang telah bekerja di kedutaan besar itu selama empat tahun mengatakan ia mendukung kelompok pemberontak di Libya dan partai ZANU-PF pimpinan Mugabe. Ia mengatakan, walaupun Zimbabwe miskin, negara itu bebas. Ia mengatakan Kolonel Gaddafi mencuri penghasilan minyak Libya untuk keluarganya.

Gaddafi terakhir kali mengunjungi Zimbabwe sepuluh tahun lalu pada saat memuncaknya program Mugabe mengenai reformasi tanah yang kerap diwarnai kekerasan. Pemimpin Libya itu mengatakan mendukung penggusuran para petani kulit putih. Ia juga mengatakan warga kulit putih harus kembali ke negara asal mereka.

Mugabe dan Gaddafi berselisih tahun 2004 ketika Zimbabwe gagal membayar dua pertiga dari 360 juta dolar minyak yang dipasok oleh perusahaan minyak Libya.

Kemudian Mugabe mengecam pemimpin Libya itu karena berdamai dengan Barat, khususnya ketika mantan Perdana Menteri Inggeris Tony Blair berkunjung ke Libya.

Mugabe baru-baru ini mengatakan bahwa sementara ia tidak mendukung pemerintahan Gaddafi atau serangannya terhadap para demonstran dalam bulan Februari, ia yakin Barat hanya tertarik dengan minyak Libya.

Setiap hari Zimbabwe Broadcasting Corporation dan surat kabar pemerintah yang dikuasai ZANU-PF mengecam keras dukungan Barat kepada kelompok pemberontak.

Demonstrasi di luar Kedutaan Besar Libya diabaikan oleh polisi yang biasanya menangkapi pemrotes di jalan, kecuali demonstrasi yang mendukung ZANU-PF.

Seorang warga Libya di Harare mengatakan, “Hari ini kami merayakan tidak adanya Gaddafi lagi. Kami punya bendera baru. Inilah bendera kami, bendera yang asli. Bendera hijau itu punya Gaddafi dan kami tidak membutuhkannya lagi. Kebebasan adalah kehidupan baru. Kami adalah pejuang kebebasan bukan pemberontak. Semua uang yang ada digunakan Gaddafi untuk dirinya dan anak-anaknya. Ia menjual minyak dan menyimpan hasilnya untuk dirinya dan anak-anaknya.”

Surat kabar Herald yang pro-ZANU-PF melaporkan hari Rabu diperkirakan Gaddafi tewas di Tripoli atau apabila tertangkap akan diajukan ke Mahkamah Kejahatan Internasional, yang disebut penulis berita itu sebagai “Pengadilan Kanguru di Den Haag.”