Ribuan orang berbaris melalui jalan utama Sarajevo pada hari Kamis (9/7) menyaksikan sebuah truk besar mengangkut 136 peti jenazah melewati perjalanan ke Srebrenica, di mana para korban pembantaian terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II yang baru diidentifikasi akan dimakamkan pada peringatan 20 tahun kejahatan perang tersebut.
Truk ditutupi dengan bendera Bosnia dan dengan kelopak-kelopak bunga mawar putih menyelimuti jalan. Tangisan dari para ibu, saudara perempuan dan isteri korban memecah kesunyian.
Truk tersebut berhenti di depan istana presiden Bosnia di mana orang-orang dengan isak tangis menyentuh atau membelai kanvas yang menutupi truk.
11 Juli 1995, pasukan Serbia menyerbu daerah kantong Muslim, Srebrenica, di Bosnia timur dan membantai sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim. Mahkamah internasional menyatakan peristiwa ini sebagai kejahatan genosida.
Sisa-sisa jenazah korban Srebrenica masih ditemukan di kuburan massal. Sejauh ini sekitar 7.000 korban telah digali dari 93 kuburan atau dikumpulkan dari 314 lokasi dan diidentifikasi melalui teknologi DNA.
Edin Nuhic, yang kehilangan banyak kerabat laki-lakinya dalam tragedi Srebrenica, dan belum dapat menemukan jenazah mereka. "Yang dapat kita lakukan adalah untuk berpikir tentang mereka, mengingat mereka dan berharap bahwa suatu hari negara ini akan menemukan cara untuk melupakan hal itu,"' katanya.
Di antara 136 korban yang akan dimakamkan pada hari Sabtu, ada sekitar 18 anak di bawah umur. Korban tertua, Jusuf Smajlovic, berusia 75 tahun ketika ia dibunuh dan akan dimakamkan bersama dengan cucunya yang berumur 29 tahun, Hebib.
Truk jenazah juga membawa peti ayah Ismet Mehmedovic dan ketiga anaknya Fikret, 20, Rifet, 18, dan Salih, 16.
Diperkirakan sekitar 50.000 orang akan menghadiri pemakaman di Srebrenica bersama dengan delegasi internasional.
Amerika Serikat, yang memimpin intervensi militer dan menengahi kesepakatan damai Bosnia yang mengakhiri perang di negara ini setelah jatuh 100.000 korban, dalam acara pemakaman di Srebrenica akan diwakili oleh delegasi yang dipimpin mantan Presiden Bill Clinton.