Warga Somalia : “Ini Hari Kelam Bagi Kami”

  • Associated Press

Pasukan keamanan Somalia mencari jenazah-jenazah dekat bangunan-bangunan yang hancur karena ledakan bom mobil di Mogadishu, Somalia, 15 Oktober 2017.

Ayah Maryan Abdullahi sudah bersiap-siap terbang ke Ibu Kota Somalia Minggu (15/10) untuk menghadiri saat paling membahagiakan dalam kehidupan putrinya, yaitu hari wisuda. Tetapi sebaliknya, Abdullahi malah memakamkan putrinya.

Pada Sabtu (14/10), putri Abdullahi yang berusia 22 tahun sedang melakukan persiapan terakhir untuk wisuda setelah bertahun-tahun kuliah di bidang kedokteran, ketika sebuah truk bermuatan bom meledak di tengah jalan di Mogadishu, saat dia sedang mengendarai mobil bersama teman-temannya.

Mereka tewas dalam satu serangan yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Somalia. Sedikitnya 276 orang tewas, kata seorang senator Somalia mengutip dokter di rumah sakit yang dikunjunginya. Dua ratus tujuh puluh lima lainnya luka-luka.

“Hari yang menyedihkan. Keluarga kami sangat bangga padanya dan kami menghitung hari menjelang wisuda,” ujar Amino Ahmed, teman putri Abdullahi dengan mata menerawang. “Hidup seorang calon bintang telah disudahi sebelum waktunya.”

Ketika kisah para korban muncul, anggota keluarga yang kebingungan masih terus melakukan pencarian di antara puing-puing. Sirene ambulans meraung-raung dan rumah sakit menyerukan warga untuk menyumbangkan darah.

Mogadishu, sebuah kota yang telah sejak lama menjadi sasaran pemboman kelompok ekstremis Islam Al Shabab, diguncang ledakan Sabtu. Warga setempat mengatakan ledakan itu adalah yang paling dahsyat yang pernah mereka alami dalam beberapa tahun ini.

“Dengan berat hati saya mengatakan inilah serangan terburuk yang pernah saya saksikan,” ujar Masoud Mohamed yang kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam ledakan itu.

Sebagian besar distrik Hodan yang sibuk, kini rata dengan tanah. Mayat-mayat bergelimpangan dan potong tubuh tampak berserakan.

Ledakan itu menewaskan tiga kakak beradik yang bekerja di sebuah pusat perbelanjaan di daerah itu. Demikian pula sepasang suami istri yang baru kembali dari rumah sakit setelah kelahiran putra pertama mereka.

Puluhan perempuan berdiri di luar rumah sakit sambil menangis, memeriksa daftar korban tewas dan luka-luka yang diperbarui setiap beberapa jam. Sementara walikota Mogadishu menyerukan warga untuk menyumbangkan darah guna menolong korban yang luka-luka. [em]