Lima senjata tampak di kursi belakang mobil Marilyn Bragg. Semua senjata itu milik mendiang suaminya. “Saya tidak ingin senjata-senjata itu ada di rumah saya. Saya bahkan tidak tahu cara menembak,” ujar pensiunan di Houston, Texas, sebelum menyerahkannya kepada pihak berwenang.
Di negara bagian Texas, yang kerap diwarnai aksi penembakan, muncul berbagai inisiatif untuk mengajak warga menyingkirkan pistol, senapan, dan senjata semi-otomatis mereka kepada aparat keamanan.
Dalam antrean mobil yang panjang menuju ke tempat penyerahan senjata itu, Bragg mengatakan “saya punya cucu, saya tidak ingin mereka bisa punya akses pada senjata-senjata ini.”
Di akhir antrean, pengemudi diminta meninggalkan senjata api mereka di bagasi atau di kursi belakang untuk diperiksa.
Beberapa polisi khusus kemudian mendekati dan memeriksa apakah senjata-senjata itu telah dikosongkan dari peluru dan sudah didaftarkan. Aparat kerap menemukan lebih dari 12 senjata api di masing-masing kendaraan itu.
Stuart Wolf, usia 60 tahun, yang memiliki 11 senjata api di belakang truknya mengatakan kepada AFP, “ini program yang bagus. Benar-benar tidak ad acara yang aman untuk hidup selain berpisah dengannya (dengan senjata api.red).”
Insentif Bagi yang Menyerahkan Senjata Secara Sukarela
Terdapat 793 senjata diserahkan kepada aparat penegak hukum pada Sabtu (18/2).
Sebagai gantinya, mereka yang menyerahkan senjata diberi voucher $50 untuk senjata yang tidak lagi berfungsi, $100 untuk senapan, dan $200 untuk senapan semi-otomatis; jenis senjata yang kerap digunakan dalam banyak insiden penembakan di Amerika.
BACA JUGA: Rasisme, Penembakan Massal Dorong Warga AS Keturunan Asia Beli SenjataKenneth Blackmon, usia 69 tahun, datang bersama istrinya Loretta. “Kami sudah memiliki cukup senjata api dan ada beberapa yang sudah tidak kami butuhkan. Jadi untuk apa menyimpannya? Kami harus menyingkirkannya,” ujarnya seraya menyerahkan tujuh pucuk senjata. “Apalagi saat ini pencurian senjata terjadi berulang kali dan itu berbahaya,” tambahnya.
Menurut Rodney Ellis, seorang pejabat daerah yang mencakup Houston, "pencurian senjata telah meningkat 16 persen dalam sepuluh tahun terakhir ini.”
Di negara bagian Texas, insiden penembakan adalah kejadian sehari-hari.
“Sejak tahun 2009 ada lebih banyak orang yang tewas dalam penembakan berdarah di Texas dibanding negara bagian mana pun di Amerika,” ujar Ellis.
FBI: Tingkat Kejahatan dengan Kekerasan di Texas Sangat Tinggi
Menurut data FBI, pada tahun 2020 tingkat kejahatan dengan kekerasan di Texas mencapai 446,5 kasus per 100.000 penduduk. Ini jelas jauh lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang mencapai 398,5 kasus per 100.000 penduduk.
Salah satu contoh dari begitu banyak kasus yang terjadi adalah insiden penembakan di sebuah pusat perbelanjaan di El Paso, Texas, yang menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya. Tragedi ini terjadi hanya beberapa meter dari lokasi penembakan supermarket yang populer di kalangan warga Amerika Latin tahun 2019, di mana seorang supremasi kulit putih menewaskan 23 orang.
Texas juga ditandai dengan insiden pembantaian di SD Robb di Uvalde, Texas, di mana seorang remaja berusia 18 tahun menewaskan 19 siswa dan dua guru pada 24 Mei 2022.
BACA JUGA: Seminggu Setelah Penembakan Massal, Pameran Senjata Api di California Ramai PengunjungNegara bagian berpenduduk 30 juta jiwa ini merupakan salah satu tempat paling mudah untuk mendapatkan senjata api. Dengan mengatasnamakan Amandemen Kedua Konstitusi Amerika, warga diizinkan membawa senjata api tanpa pembatasan apapun.
Namun, menurut Ellis, mereka yang merumuskan konstitusi pada abad ke-18 tentu tidak pernah membayangkan masifnya penggunaan senjata api pada abad modern ini. “Jadi hingga kita dapat mengubah mentalitas warga dan memiliki kerangka kepemilikan senjata api yang masuk akal di negara ini, maka inisiatif menawarkan warga untuk menyerahkan senjata api mereka merupakan hal yang dapat kami lakukan.” [em/jm]