Warga Uighur Dukung Sanksi AS Terhadap Hikvision

Seorang pria mengamati presentasi teknologi Hikvision, produsen peralatan pengawasan milik negara di pameran Keamanan China 2018 di Beijing, 23 Oktober 2018.(Foto: dok).

Pemerintah China menggunakan teknologi canggih untuk memantau dan menyensor kehidupan sehari-hari warga di kawasan Otonom Uighur di Xinjiang, kata Jewher Ilham, putri ekonom dan ilmuwan terkemuka Uighur yang dipenjarakan, Ilham Tohti. Pernyataannya itu muncul di tengah-tengah laporan bahwa pemerintah Amerika sedang mempertimbangkan sanksi-sanksi terhadap perusahaan video pemantau China "Hikvision" atas perannya dalam perlakuan pemerintah China terhadap kaum minoritas Uighur di kamp-kamp penahanan.

Lebih dari satu juta warga Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp. China menyatakan kamp tersebut adalah pusat pendidikan kembali. Tetapi para pengkritik menyatakan kamp itu dirancang untuk menghapus identitas dan keyakinan agama warga Uighur.
Selain itu, para pembela hak-hak Uighur, seperti Ilham Tohti, telah ditindas. Cendekiawan terkemuka itu menjalani hukuman penjara seumur hidup sejak 2014 setelah dituduh pihak berwenang China ingin memecah belah negara.

Your browser doesn’t support HTML5

Warga Uighur Dukung Sanksi AS Terhadap Hikvision

Tetapi putrinya, Jewher Ilham mengatakan, ayahnya tidak pernah mendorong kekerasan atau separatisme. Khawatir ia tidak akan pernah lagi mendengar kabar dari sanak saudaranya karena berani berbicara, Ilham mengatakan kehidupan sehari-hari di Xinjiang berada di bawah pengawasan ketat.

Jewher Ilham mengemukakan,"Seorang rekan saya mengunjungi kawasan Uighur setahun silam, dan ia mengatakan sewaktu melewati pos pemeriksaan, ia melihat sedikitnya delapan fotonya terlihat di layar sedang berada di berbagai lokasi di kota itu. Ini absurd saja. Tidak ada privasi sama sekali.”

Amerika Serikat sedang mempertimbangkan kontrol ekspor yang lebih ketat terhadap perusahaan video pemantau China, Hikvision, terkait tuduhan keterlibatan perusahaan tersebut di kamp-kamp penahanan Uighur.

Kamera pengintai buatan China, dipasang di sepanjang jalan di Beijing, Kamis, 23 Mei 2019. (Foto: dok).

Sam Brownback, Duta Besar Keliling Amerika untuk Kebebasan Beragama Internasional, mengemukakan, “Ada legislasi di Kongres di mana orang-orang mengusulkan tentang berbagai entitas lainnya juga. Tetapi ada keprihatinan khusus sejauh ini terhadap Hikvision oleh pemerintah Amerika.”

Ilham mengatakan ia akan mendukung legislasi mengenai sanksi terhadap perusahaan-perusahaan yang memfasilitasi pengoperasian kamp-kamp penahanan Uighur. Ia mengemukakan, "Tak peduli apakah itu perusahaan makanan, perusahaan teknologi, atau perusahaan kamera, apapun perusahaan itu, apakah itu baru, besar atau kecil, selama perusahaan itu berkontribusi dalam menciptakan kamp konsentrasi yang lebih besar, maka saya tidak mendukung eksistensinya. Saya mendorong Amerika untuk memboikot mereka.”

Beijing menolak tuduhan telah melanggar hak-hak beragama warganya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan, "Kami menuntut agar Amerika Serikat meninjau dengan tepat kebijakan agama China dan status kebebasan beragama di China, dan berhenti menggunakan isu agama untuk mencampuri urusan negara-negara lain.”

Presiden Amerika Donald Trump baru-baru ini bertemu dengan Ilham dan para korban persekusi agama lainnya di Gedung Putih. Amerika juga sedang mempertimbangkan sanksi-sanksi terhadap para pejabat China atas perlakuan terhadap warga Uighur di negara itu. [uh/ab]