Puluhan warga Uighur, Selasa (9/2), berkumpul di dekat Kedutaan Besar China di Turki, menuntut informasi tentang anggota keluarga yang mereka khawatirkan ditahan di kamp-kamp penahanan di China.
Para pengungjuk rasa memegang foto kerabat mereka yang dikatakan tidak pernah diketahui keberadaannya selama berbulan-bulan.
“Kami berada di depan Kedutaan Besar China di Ankara... Selama China tidak menutup kamp konsentrasi di Turkistan Timur, selama China tidak membebaskan orang-orang yang kami kasihi – ayah, abang dan adik kami, China tidak akan damai dan kami tidak akan mundur. Ini saatnya China takut. Bebaskan keluarga kami," kata Jevlan, salah satu pengunjuk rasa.
Lebih dari satu juta orang Uighur dan sebagian besar anggota kelompok minoritas Muslim lainnya telah dimasukkan dalam penjara dan kamp tahanan di China, dalam apa yang disebut China sebagai tindakan anti-terorisme.
Polisi memberi jarak pada para pengunjuk rasa untuk berada 300 meter dari kantor kedutaan dan berupaya mencegah wartawan meliput demonstrasi itu.
Empat demonstran dikawal ke dalam mobil polisi, meskipun polisi bersikeras bahwa mereka tidak ditahan.
Uighur, kelompok warga Turki yang berasal dari kawasan barat Xinjiang di China, telah mencari perlindungan ke Turki selama puluhan tahun karena memiliki ikatan budaya yang sama dengan negara itu.
Namun demikian beberapa tahun terakhir ini Turki tidak terlalu vokal memperjuangkan tuntutan warga Uighur ketika negara itu mengembangkan hubungan ekonomi dengan China.
China baru-baru ini meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Turki yang ditandatangani beberapa tahun lalu, menambah kekhawatiran komunitas Uighur bahwa mereka dapat dideportasi ke China. Turki belum meratifikasi perjanjian itu.
Pihak berwenang Turki dan China bersikeras rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi itu tidak ditujukan untuk menarget warga Uighur agar dapat dideportasi. [em/lt]