Nguyen Thi Hue berlama-lama berdiri di gang, di mana dia tinggal di tepi sungai Merah, Hanoi. Dia takut, ini menjadi kesempatan terakhir melihat rumahnya, ketika banjir dahsyat mengancam ibu kota Vietnam itu, di tengah meningkatnya topan Yogi.
Dia menjadi satu dari ribuan orang yang dipaksa meninggalkan rumah mereka di ibu kota Vietnam tersebut, saat air berwarna coklat keruh di sungai yang meluap, naik ke level yang belum pernah terjadi dalam 15 tahun terakhir.
“Saya takut, rumah saya akan terendam banjir jika pemukaan air terus naik,” kata Hue kepada AFP. Dia menambahkan bahwa dia melihat sejumlah retakan menyebar di seluruh lantai rumah.
“Saya khawatir dan ketakutan,” tambahnya.
Mengusung televisi dan peralatan rumah tangga lain, Hue dan sejumlah tetangganya menjadi kelompok warga terakhir yang meninggalkan rumah mereka, dari komunitas yang tinggal di sebelah sungai berarus kencang itu.
BACA JUGA: Topan Yagi Hantam Vietnam; 63 Tewas dan 40 HilangHujan deras yang disebabkan oleh topan Yagi, yang merupakan topan paling kuat menghantam kawasan utara Vietnam dalam 30 tahun terakhir, telah membuat sungai Merah dan anak-anak sungai itu meluap, dan memicu banjir serta tanah longsor di lebih dari selusin provinsi, menewaskan sekurangnya 82 orang.
Di Hanoi, pihak berwenang mengatakan banjir di sungai Merah telah mencapai level tertingginya sejak 2008.
“Kami telah melihat tinggi permukaan air naik lebih dari satu meter sejak Senin pagi,” kata warga Hanoi, Le Thanh Bon, yang berencana untuk menginap di sebuah penginapan pada Selasa malam.
Bon mengatakan, banjir pada 2008 memaksanya untuk menyelamatkan diri di atas rumah, sambil menunggu upaya penyelamatan, dan dia takut bahwa hal semacam itu akan terulang kembali.
“Lebih baik jika kami mengevakuasi diri. Kami telah bersiap-siap,” kata Bon kepada AFP.
Pihak berwenang Hanoi melarang semua lalu linta kendaraan dan pejalan kaki di jembatan Long Bien, di atas sungai Merah, ketika permukaan air naik dengan cepat pada Selasa.
Sejumlah sekolah meminta siswanya untuk pulang lebih cepat, sementara beberapa kantor di seberang jembatan meminta karyawan mereka untuk bekerja dari rumah.
“Kantor membolehkan saya untuk pulang lebih cepat untuk memindahkan barang-barang saya ke lokasi yang lebih aman,” kata Hoang Van Thanh.
“Saya hanya bisa berharap bahwa kami tidak akan mengalami banjir sebagaimana kami alami pada 2008,” kata Thanh lagi.
Banjir 2008, yang disebabkan oleh hujan lebat, membuat sekurangnya 82 orang meninggal di Hanoi dan Vietnam utara serta tengah, dan merusak 250 hektar tanaman.
Ratusan oleh di lingkungan Hue merupakan yang pertama dilanda banjir terakhir pada Senin malam.
Rumah-rumah, ladang sayur-mayur dan taman penuh dengan tanaman buah sebagian tenggelam.
“Air naik begitu cepat dan memaksa kami untuk meninggalkan mebeler dan ternak kami,” kata warga setempat, Nguyen Thu Hien.
Pihak berwenang secepatnya mengubah sebuah sekolah dan blok pemukiman yang kosong menjadi tempat penampungan bagi orang-orang yang mengungsi, meskipun banyak yang memilih untuk tinggal bersama kerabat atau teman di bagian lain kota tersebut.
“Kerugian yang timbul pasti akan besar, tapi aka yang bisa kami lakukan,” ujar Hien. [ns/ab]