Penduduk Wuhan, di provinsi bagian tengah China, Hubei, hari Senin (23/1) mengatakan mereka menaruh harapan bagi masa depan dan tidak lagi takut akan COVID-19, tiga tahun setelah kota itu menjalani lockdown terkait virus yang ketika itu dianggap misterius.
Warga setempat memadati pasar-pasar yang ramai, sementara keluarga – sebagian tidak lagi mengenakan masker – membeli mainan dan melemparkan batu di sepanjang Sungai Yangtze.
Banyak juga yang berduyun-duyun ke Kuil Guiyuan, salah satu tempat paling terkenal di Wuhan, yang dibuka untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk liburan Tahun Baru Imlek.
Sewaktu China merayakan Tahun Baru Imlek pekan ini, pemandangan Wuhan berbeda jauh dengan situasi yang mencengkeram kota berpenduduk 11 juta itu pada awal 2020. Sejak Beijing memerintahkan Wuhan ditutup dalam upaya menghentikan perebakan wabah pada Januari 2020, COVID telah menghancurkan planet ini, menewaskan jutaan orang dan menjerumuskan ekonomi global ke dalam kekacauan.
Tetapi kehidupan sekarang kembali normal bagian banyak orang. Setelah hampir tiga tahun lockdown serta tes massal wajib yang melelahkan, Beijing bulan lalu mencabut kebijakan nol-COVID-nya yang keras.
Tetapi China menghadapi lonjakan kasus terbesarnya dalam beberapa pekan belakangan.
Sekitar 80 persen populasi diyakini telah tertular COVID sejak restriksi kesehatan dicabut pada bulan Desember, menurut pakar epidemiologi terkemuka China, Wu Zunyou. Hari Sabtu lalu, China melaporkan sedikitnya 13 ribu kematian terkait COVID dalam waktu kurang dari sepekan.
Angka ini, yang hanya memasukkan kematian yang dilaporkan di rumah sakit, merupakan tambahan bagi sekitar 60 ribu kematian sejak Desember yang dilaporkan sebelumnya oleh pihak berwenang. [uh/ab]