Wartawan AS Dibebaskan dari Yaman

Pemberontak Houthi melakukan unjuk rasa di Sana'a, Yaman (foto: dok). Houthi membebaskan seorang wartawan AS.

Wartawan AS itu diketahui bernama Casey Coombs dan ia dilaporkan telah pergi ke Oman setelah dibebaskan.

Seorang wartawan Amerika yang ditahan di Yamen telah dibebaskan, namun laporan sebuah surat kabar mengatakan, 4 warga Amerika ditahan pemberontak Houthi di ibukota Yaman.

Wartawan AS itu diketahui bernama Casey Coombs, dan menurut Departemen Luar Negeri Amerika ia telah pergi ke Oman setelah dibebaskan.

Harian Washington Post melaporkan minggu ini bahwa pemberontak Houthi, yang menggulingkan Presiden Yaman awal tahun ini, menahan sedikitnya 4 warga Amerika di sebuah penjara di Sana’a.

Harian itu mengatakan, penahanan 4 orang itu, 3 di antaranya bekerja di sektor swasta dan seorang lainnya yang tidak diketahui pekerjaannya itu, merumitkan operasi anti terorisme Amerika.

Hari Senin, video pertama seorang perempuan Prancis yang diculik di Yaman beberapa bulan lalu, muncul di media sosial, menunjukkan perempuan umur 30 tahun yang tampak dalam keadaan bingung itu, memohon agar presiden-presiden Perancis dan Yaman menyelamatkannya.

Para pejabat diplomatik Prancis mengukuhkan bahwa gambar video Isabelle Prime yang diposkan di YouTube itu, direkam bulan April lalu, dua bulan setelah ia dan seorang penerjemah diculik oleh orang-orang berseragam dari sebuah mobil di ibukota Sana'a. Prime bekerja sebagai konsultan untuk sebuah perusahaan terkait Bank Dunia saat itu. Penerjemahnya telah dibebaskan.

Dalam video sepanjang 20 detik itu, Prime menyampaikan dalam Bahasa Inggris kepada Presiden Perancis, Francois Hollande dan Presiden Yaman yang mengasingkan diri, Abdu Rabbu Mansour Hadi, agar berusaha membebaskannya.

Identitas penculik Prime tetap tidak diketahui. Al-Qaeda di Semenanjung Arab dikenal sering menculik orang asing, namun belum mengakui berperan dalam penculikan tersebut. Penculikannya itu terjadi sementara pemberontak Houthi memperkuat kekuasaan mereka di Sana'a, dan sebelum dimulainya pemboman terhadap kelompok pemberontak oleh koalisi internasional yang dipimpin Arab Saudi.