Iran menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang jurnalis yang laporan-laporannya di internet memicu demonstrasi berskala nasional pada 2017 yang mempersoalkan situasi ekonomi negara itu. Hukuman tersebut diumumkan juru bicara lembaga kehakiman Iran Gholamhossein Esmaili, Selasa (30/6).
Beberapa saat setelah hukuman itu diumumkan, sebuah video yang berisi pengakuan Ruhollah Zam, wartawan tersebut, ditayangkan televisi pemerintah. Dalam video itu, Zam mengakui kesalahan-kesalahan yang dibuatnya pada masa lalu dan meminta maaf.
Sejumlah organisasi HAM mengecam hukuman yang dijatuhkan pada Zam. Mereka juga menuding pengakuan terbuka itu merupakan hasil rekayasa.
Sejauh ini masih belum jelas apa alasan Zam pulang ke Iran, di mana ia kemudian ditangkap pada Oktober 2019. Ia sebelumnya tinggal dan bekerja dalam pengasingan di Paris.
Zam sebelumnya mengoperasikan sebuah situs internet yang mengunggah video-video dan informasi-informasi yang memalukan mengenai para pejabat Iran.
Perlakuan semena-mena Iran terhadap jurnalis sering menjadi sorotan dunia. Kelompok Wartawan Tanpa Tapal Batas (RSF), mengatakan sejak November tahun lalu saja, 12 wartawan telah ditangkap menyusul gelombang protes antipemerintah.
Kelompok yang bermarkas di Paris itu juga sempat mengecam keras “perlakuan menghina dan tidak manusiawi” terhadap dua orang wartawan perempuan di penjara Evin di Teheran.
Wartawan Tanpa Tapal Batas (RSF) mengatakan, penahanan dan penyiksaan wartawan adalah contoh dari sekian banyak tindakan yang diambil pemerintah Iran untuk menindas wartawan. [ab/uh]