Sejak sebuah serangan keji yang mencederai parah seorang editor Hong Kong yang terkemuka, kalangan wartawan menyerukan agar warga kota itu mengambil sikap menentang kekerasan.
HONG KONG —
Berbagai kelompok wartawan hari Jumat mulai mengumpulkan tanda tangan dalam kampanye untuk dukungan bagi kebebasan pers, setelah salah satu editor paling berpengaruh di kota itu ditikam berkali-kali.
Kevin Lau, mantan pemimpin redaksi harian Mingpao, kini dalam kondisi stabil setelah dua laki-laki Rabu pagi menyergap dan meninggalkannya dalam kondisi parah dengan enam luka tikam di kaki dan punggungnya.
Sebuah kelompok informal para bekas pegawai suratkabar itu, Mingapao Alumni, mengorganisir petisi tersebut.
Chan Kin Kai, salah seorang anggotanya, mengatakan petisi tanda tangan itu bertujuan menekan pemerintah dan kepolisian agar menuntaskan kasus itu dan melindungi wartawan.
“Hingga sekarang kami tidak tahu cerita sebenarnya dibalik serangan terhadap Kevin Lau. Kami berharap publik akan lebih prihatin mengenai pers dan kondisi kebebasan berpendapat dan kebebasan pers,” kata Chan Kin Kai.
Diantara orang-orang yang berhenti untuk menandatangani petisi itu adalah Emily Li, seorang mahasiswa jurusan bisnis di London University .Serangan terhadap Lau faktanya adalah serangan terhadap kebebasan pers, katanya.
Serangan terhadap Lau mengguncang banyak pihak di Hong Kong, kota di Asia yang dikenal memiliki iklim media yang giat. Motif maupun pelaku serangan itu masih belum diketahui.
Polisi anti kejahatan terorganisir ikut dalam penyelidikan, mengisyaratkan adanya kaitan antara serangan terhadap Lau dan organisasi kriminal di kota itu.
Dibawah kepemimpinan Lau, Mingpao memperkuat reputasinya sebagai suratkabar yang keras dan agresif. Tetapi kabar digantinya Lau bulan Januari memicu kekesalan di kalangan pegawai yang curiga penggantian itu bermotif politik.
Ini bukan pertama kalinya wartawan menjadi korban serangan kejam di Hong Kong. Dalam satu serangan kejam, sejumlah preman memotong lengan bawah wartawan Leung Tin-Wai tahun 1996. Para penyerang itu tidak pernah tertangkap.
Sebuah pawai dukungan untuk kebebasan pers dijadwalkan berlangsung hari Minggu.
Kevin Lau, mantan pemimpin redaksi harian Mingpao, kini dalam kondisi stabil setelah dua laki-laki Rabu pagi menyergap dan meninggalkannya dalam kondisi parah dengan enam luka tikam di kaki dan punggungnya.
Sebuah kelompok informal para bekas pegawai suratkabar itu, Mingapao Alumni, mengorganisir petisi tersebut.
Chan Kin Kai, salah seorang anggotanya, mengatakan petisi tanda tangan itu bertujuan menekan pemerintah dan kepolisian agar menuntaskan kasus itu dan melindungi wartawan.
“Hingga sekarang kami tidak tahu cerita sebenarnya dibalik serangan terhadap Kevin Lau. Kami berharap publik akan lebih prihatin mengenai pers dan kondisi kebebasan berpendapat dan kebebasan pers,” kata Chan Kin Kai.
Diantara orang-orang yang berhenti untuk menandatangani petisi itu adalah Emily Li, seorang mahasiswa jurusan bisnis di London University .Serangan terhadap Lau faktanya adalah serangan terhadap kebebasan pers, katanya.
Serangan terhadap Lau mengguncang banyak pihak di Hong Kong, kota di Asia yang dikenal memiliki iklim media yang giat. Motif maupun pelaku serangan itu masih belum diketahui.
Polisi anti kejahatan terorganisir ikut dalam penyelidikan, mengisyaratkan adanya kaitan antara serangan terhadap Lau dan organisasi kriminal di kota itu.
Dibawah kepemimpinan Lau, Mingpao memperkuat reputasinya sebagai suratkabar yang keras dan agresif. Tetapi kabar digantinya Lau bulan Januari memicu kekesalan di kalangan pegawai yang curiga penggantian itu bermotif politik.
Ini bukan pertama kalinya wartawan menjadi korban serangan kejam di Hong Kong. Dalam satu serangan kejam, sejumlah preman memotong lengan bawah wartawan Leung Tin-Wai tahun 1996. Para penyerang itu tidak pernah tertangkap.
Sebuah pawai dukungan untuk kebebasan pers dijadwalkan berlangsung hari Minggu.