WHO akan mengadakan pertemuan pakar darurat internasional untuk mencari cara menangani penyakit pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV).
JENEWA —
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) akan mengadakan pertemuan para pakar darurat internasional untuk mencari cara-cara bagaimana menangani MERS-CoV, penyakit baru seperti penyakit pneumonia atau radang paru-paru yang disebabkan virus korona yang terutama merebak di Timur Tengah.
WHO melaporkan penyakit itu hingga kini telah mengakibatkan 42 orang meninggal dari 79 orang yang terjangkit.
Ini baru untuk kedua kalinya WHO mengadakan pertemuan komite darurat sejak Peraturan Kesehatan Internasional dijalankan 2005. Pertemuan pertama diadakan 2009 ketika terjadi wabah flu burung H1N1.
Para anggota Komite Darurat adalah para ahli internasional yang independen di bidang-bidang seperti pengawasan penyakit, virologi atau ilmu mengenai virus, perkembangan vaksin dan khususnya virus korona.
Asisten Direktur Jenderal Keamanan Kesehatan dan Lingkungan, Keiji Fukuda mengatakan, tidak banyak yang diketahui tentang penyakit itu. Katanya, tidak ada yang tahu bagaimana orang terjangkit penyakit itu, apakah terpapar hewan atau ada faktor-faktor lingkungan lain yang menjadi penyebab penyebaran penyakit itu.
Dengan semua ketidakpastian seputar virus korona itu, katanya maka diputuskan untuk diadakan pembicaraan dalam komite darurat, supaya WHO dan negara-negara bisa siap menghadapi kemungkinan apapun dan di manapun virus ini menyebar.
“Setelah komite itu merasa cukup kuat, kami akan menanyakan kepada mereka apakah mereka rasa keadaan sekarang ini merupakan keadaan darurat yang memprihatinkan dunia internasional,” ujarnya.
“Sekarang, kami lihat pola yang tetap penyakit ini. Kita tidak berada di tengah-tengah kejadian gawat sekarang. Tidak ada keadaan darurat terkait Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Tetapi, ada baiknya untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk siap menghadapinya.”
Penderita virus korona telah dilaporkan terdapat di Yordania, Qatar, Arab Saudi dan Emirat Arab. Arab Saudi adalah yang paling parah dilanda penyakit ini. Penyakit itu juga berjangkit di Tunisia, Perancis, Jerman, Italia dan Inggris, menjangkiti orang-orang yang bepergian ke Timur Tengah.
Virus korona mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, yaitu 60 persen dan orang yang menderita penyakit pernafasan parah dianjurkan untuk pergi ke dokter.
Organisasi Kesehatan Sedunia tidak mengeluarkan larangan bepergian ke negara-negara yang terkena wabah virus korona, tetapi minta orang-orang agar tetap waspada, khususnya para jemaah yang berencana pergi ke Arab Saudi untuk menjalankan ibadah haji.
WHO melaporkan penyakit itu hingga kini telah mengakibatkan 42 orang meninggal dari 79 orang yang terjangkit.
Ini baru untuk kedua kalinya WHO mengadakan pertemuan komite darurat sejak Peraturan Kesehatan Internasional dijalankan 2005. Pertemuan pertama diadakan 2009 ketika terjadi wabah flu burung H1N1.
Para anggota Komite Darurat adalah para ahli internasional yang independen di bidang-bidang seperti pengawasan penyakit, virologi atau ilmu mengenai virus, perkembangan vaksin dan khususnya virus korona.
Asisten Direktur Jenderal Keamanan Kesehatan dan Lingkungan, Keiji Fukuda mengatakan, tidak banyak yang diketahui tentang penyakit itu. Katanya, tidak ada yang tahu bagaimana orang terjangkit penyakit itu, apakah terpapar hewan atau ada faktor-faktor lingkungan lain yang menjadi penyebab penyebaran penyakit itu.
Dengan semua ketidakpastian seputar virus korona itu, katanya maka diputuskan untuk diadakan pembicaraan dalam komite darurat, supaya WHO dan negara-negara bisa siap menghadapi kemungkinan apapun dan di manapun virus ini menyebar.
“Setelah komite itu merasa cukup kuat, kami akan menanyakan kepada mereka apakah mereka rasa keadaan sekarang ini merupakan keadaan darurat yang memprihatinkan dunia internasional,” ujarnya.
“Sekarang, kami lihat pola yang tetap penyakit ini. Kita tidak berada di tengah-tengah kejadian gawat sekarang. Tidak ada keadaan darurat terkait Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Tetapi, ada baiknya untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk siap menghadapinya.”
Penderita virus korona telah dilaporkan terdapat di Yordania, Qatar, Arab Saudi dan Emirat Arab. Arab Saudi adalah yang paling parah dilanda penyakit ini. Penyakit itu juga berjangkit di Tunisia, Perancis, Jerman, Italia dan Inggris, menjangkiti orang-orang yang bepergian ke Timur Tengah.
Virus korona mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, yaitu 60 persen dan orang yang menderita penyakit pernafasan parah dianjurkan untuk pergi ke dokter.
Organisasi Kesehatan Sedunia tidak mengeluarkan larangan bepergian ke negara-negara yang terkena wabah virus korona, tetapi minta orang-orang agar tetap waspada, khususnya para jemaah yang berencana pergi ke Arab Saudi untuk menjalankan ibadah haji.