Afrika dijadwalkan hanya akan menerima 75% vaksin COVID-19 hingga akhir tahun ini, kata direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika Matshidiso Rebecca Moeti dalam keterangan yang disampaikannya pada hari Kamis (9/9).
Hingga saat ini, hanya sekitar tiga persen dari total populasi di Benua Afrika yang telah mendapatkan vaksinasi secara penuh. Negara negara di benua tersebut sampai saat ini masih berjuang dengan persediaan vaksin yang terbatas. Kondisi ini tampak miris mengingat beberapa negara kaya memulai program suntikan booster (penguat),
Gerakan Inisiatif berbagi vaksin untuk seluruh dunia atau COVAX mengumumkan pada hari Rabu (8/9) bahwa mereka memperkirakan akan menerima sekitar 1,4 miliar dosis vaksin COVID-19 pada akhir tahun, turun dari proyeksi sebelumnya pada bulan Juni yang menyebutkan bahwa mereka akan menerima sebanyak 1,9 miliar dosis.
Moeti, yang merupakan perempuan pertama yang menjabat posisi pada wilayah tersebut, mengatakan dalam jumpa pers Kamis (9/9) bahwa Amerika Serikat telah membuang dosis vaksin tiga kali lebih banyak dari yang telah dikirimkan oleh COVAX ke negara-negara Afrika sejak Maret.
COVAX mengirimkan lebih dari 5 juta dosis ke Afrika dalam seminggu terakhir, tetapi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa sampai 1 September, apotek-apotek AS telah membuang lebih dari 15 juta dosis vaksin sejak Maret.
BACA JUGA: WHO Desak Negara-negara Kaya Tunda Suntikan Booster Hingga 2022
Amerika Serikat dan negara-negara kaya lainnya berada di bawah tekanan yang semakin kuat agar menyumbangkan surplus vaksin COVID-19 ke negara-negara yang lebih miskin sementara pandemi itu mendatangkan malapetaka di seluruh dunia dengan munculnya varian baru yang lebih menular.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, pada hari Rabu (8/9) mengimbau negara-negara kaya agar menangguhkan suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19 selama sisa tahun ini untuk memastikan bahwa negara-negara miskin memperoleh lebih banyak akses terhadap vaksin. Tedros sebelumnya meminta negara-negara kaya agar tidak memberikan booster hingga September. [lt/pp/rs]