Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (6/9) mengatakan, terdapat "tren yang mengkhawatirkan terkait COVID-19 menjelang musim dingin di belahan bumi utara."
Berbicara kepada wartawan di Jenewa, Tedros mengatakan, "kematian di Timur Tengah dan Asia meningkat, pasien yang dirawat di ICU di Eropa meningkat, demikian pula jumlah rawat inap di beberapa wilayah."
Ia menambahkan, “varian EG.5 sedang meningkat, sub-varian XBB menurun." Sementara varian BA.2 .86 "telah terdeteksi dalam jumlah kecil di 11 negara."
Pimpinan Teknis WHO untuk COVID-19, Dr Maria Van Kerkhove, mengatakan, "varian [baru] ini tidak menyaingi varian yang mendominasi saat ini atau varian lain yang beredar, dan inilah yang kami waspadai."
Dalam kesempantan itu Tedros mengatakan, "salah satu kekhawatiran terbesar WHO adalah rendahnya jumlah orang yang berisiko dan belum menerima satu dosis vaksin COVID-19 baru-baru ini. Pesan kami adalah jangan menunggu untuk mendapatkan dosis tambahan jika itu direkomendasikan untuk Anda."
BACA JUGA: Gedung Putih: Presiden Biden Dinyatakan Negatif COVID"Yang paling penting adalah mereka yang paling berisiko terkena penyakit parah menerima suntikan penguat (booster), menerima dosis tambahan. Tentu saja, jika Anda berada dalam kelompok usia yang lebih tua dalam waktu 12 bulan ini, jika Anda berada dalam kelompok usia tertua di atas 75 tahun, jika Anda memiliki beberapa kondisi yang mendasari, maka rekomendasi SAGE saat ini harus ditingkatkan dalam waktu enam bulan; dan vaksin yang sedang digunakan harus dilanjutkan untuk mencegah penyakit parah dan kematian," tambah Van Kerkhove.
Bahkan dengan adanya sub-varian baru, varian-varian baru yang terdeteksi – termasuk EG.5 – dan beberapa data awal yang muncul menunjukkan bahwa vaksin akan efektif.
"Kami prihatin dengan COVID, tetapi kami juga prihatin dengan influenza dan RSV. Yang tidak ingin kami lihat adalah tindakan yang hanya memusatkan perhatian pada satu patogen tertentu dengan mengorbankan patogen lainnya. Apa yang kami lakukan untuk COVID juga bermanfaat untuk flu dan RSV," ujar Van Kerkhove. [em/rs]