Beberapa pejabat Badan Kesehatan Dunia (WHO) meremehkan laporan bahwa seorang laki-laki di Hong Kong kembali terjangkit COVID-19, setelah sembuh dari penyakit itu, dengan menyatakan sangat kecil kemungkinan hal itu terjadi.
Sejumlah ilmuwan Universitas Hong Kong, Senin (24/8) mengumumkan jenis virus yang menginfeksi pria itu berbeda dengan virus yang menginfeksinya lebih dari empat bulan lalu.
Berbicara kepada wartawan, Selasa (25/8) dari Jenewa, juru bicara WHO Dr. Margaret Harris mengatakan pentingnya kasus itu didokumentasi dan dikonfirmasi. Laporan sebelumnya terkait infeksi ulang itu kemungkinan hanya disebabkan perbedaan dalam pengetesan.
BACA JUGA: Kepala FDA Minta Maaf, Besar-besarkan Efek Plasma terhadap Virus CoronaHarris mencatat ini adalah kasus infeksi ulang COVID pertama yang dikonfirmasi dari lebih dari 23 juta infeksi, dan jika itu lebih sering terjadi, mestinya lebih banyak infeksi ulang yang terjadi.
Ia menjelaskan kasus ini signifikan, karena berkaitan dengan kekebalan tubuh terhadap virus tersebut. "Inilah sebabnyakami punya banyak kelompok penelitian yang benar-benar melacak orang-orang terinfeksi, mengukur antibodi, mencoba memahami berapa lama perlindungan kekebalan itu dapat bertahan.”
Harris menambahkan masyarakat harus memahami perlindungan kekebalan tubuh secara alami yang dibangun setelah seseorang terinfeksi virus tidak sama dengan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari vaksin. [mg/ii]