WHO: Penderita Ebola Dapat Lampaui 20 Ribu Sebelum November

Petugas kesehatan di pelabuhan Nigeria mengukur suhu jemaah haji yang akan berangkat ke Arab Saudi untuk memeriksa apakah mereka terinfeksi Ebola (18/9). (AP/Sunday Alamba)

Menurut WHO, usaha mengisolasi pasien, meningkatkan perawatan klinis, mengubur jenazah dengan aman dan dialog dengan masyarakat harus membaik dengan cepat.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan jumlah yang terinfeksi Ebola dapat melampaui 20 ribu sebelum November jika usaha yang lebih besar tidak dilakukan untuk membatasi wabah itu.

New England Journal of Medicine pada Selasa (23/9) memuat laporan dari tim penanggulangan Ebola WHO yang memperingatkan bahwa usaha mengisolasi pasien, meningkatkan perawatan klinis, mengubur jenazah dengan aman dan usaha berdialog dengan masyarakat harus membaik dengan cepat untuk menghindari peningkatan tajam jumlah penderita.

Laporan itu dikeluarkan enam bulan setelah WHO pertama kali diberitahu mengenai wabah Ebola yang mulai Desember lalu di Guinea. Virus itu telah menginfeksi 5.864 orang dan membunuh 2.811.

Laporan Selasa mengatakan bahwa meski Ebola telah dilaporkan di banyak daerah Guinea, Liberia dan Sierra Leone, lebih dari 90 persen penderita terdapat dalam hanya14 dari jumlah total 67 distrik di negara-negara tersebut.

WHO mengatakan Senin bahwa wabah itu tampaknya telah dihentikan di Nigeria dan Senegal dengan tidak adanya penderita baru di Nigeria sejak 8 September dan tidak ada penderita lain di Senegal sejak penderita yang pertama dan satu-satunya dilaporkan pada 29 Agustus.

Sementara itu, 30 hingga 40 personel militer Amerika akan tiba di Afrika Barat Selasa sebagai bagian usaha Amerika untuk melawan Ebola. Seorang juru bicara mengatakan Senin bahwa kira-kira 60 personel telah tiba.

Amerika Serikat telah menjanjikan US$175 juta untuk membantu melawan wabah itu dan mengirim 3.000 tentara ke kawasan itu untuk membangun rumah sakit lapangan dan menyediakan bantuan logistik.

WHO telah menyerukan pengakhiran pembatalan penerbangan dan pembatasan perjalanan ke zona Ebola. WHO mengatakan langkah ini menghambat usaha pertolongan internasional dan merugikan ekonomi negara-negara tersebut.