Dr. Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika, mengatakan dalam pernyataan bahwa peningkatan vaksinasi COVID-19 di benua itu pada umumnya didorong oleh kampanye di beberapa negara yang padat, termasuk Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Kenya, dan Nigeria.
Dr. Thierno Balde adalah Manajer Insiden COVID-19 WHO Regional Afrika. Ia mengatakan benua itu harus tetap waspada.
"Kami telah mengamati apa yang terjadi di sekitar, di China, dan risiko munculnya imitasi baru, varian baru masih mungkin terjadi. Kita harus terus menjaga populasi dengan melakukan vaksinasi, dan tidak lengah. Situasinya masih bisa berubah. Jadi kita harus terus mengadaptasi sebagian pembatasan sosial dan juga divaksin."
Your browser doesn’t support HTML5
WHO mengatakan akan mendorong penerimaan vaksin COVID-19 di Afrika. WHO dan beberapa organisasi lain mendukung gerakan vaksinasi massal di sedikitnya 10 negara prioritas untuk mencapai target 100 juta orang pada akhir bulan depan.
Nqobizitha Mangaliso Ndlovu, menteri informasi Zimbabwe, mengatakan negaranya tidak akan tertinggal.
"Terkait program vaksinasi, hingga 15 Maret 2022 sebanyak 159.628 dosis ketiga telah diberikan hingga kini. Kampanye vaksinasi nasional dimulai pada 21 Maret 2022, dan pemerintah mengimbau mereka yang belum divaksin untuk memanfaatkan kegiatan ini."
Your browser doesn’t support HTML5
Sejumlah warga Zimbabwe telah menolak divaksin. Mereka mengaku tidak percaya dengan vaksin buatan China, Sinopharm dan Sinovac, yang sebagian besar merupakan donasi.
Negara itu baru-baru ini mencatat penambahan infeksi baru. Kini terdapat lebih dari 244.000 kasus dengan lebih dari 5.400 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins, yang melacak wabah global.
Dr. Cleophas Chimbetete, presiden Ikatan Dokter Kesehatan Masyarakat di Zimbabwe, menjelaskan penambahan kasus itu disebabkan oleh pelonggaran pembatasan, seperti dihapuskannya aturan lockdown. Namun ia mengatakan masyarakat tidak perlu panik, hanya perlu menegakkan protokol WHO, seperti memakai masker dan menjaga jarak.
BACA JUGA: Enam Negara Afrika Terima Teknologi mRNA"Setelah melonggarkan pembatasan, kasus-kasus diperkirakan akan naik sedikit. Tapi saya pikir masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan, saya pikir ini akan menjadi peluang bagi kita untuk memperkuat upaya pencegahan dan terus memperingatkan masyarakat bahwa COVID-19 masih ada di sekitar kita."
Zimbabwe ingin memvaksinasi sedikitnya 10 juta orang pada akhir tahun lalu, target yang menurut sebagian orang sulit dicapai karena minimnya sumber daya dan banyak orang yang enggan divaksin. Negara itu belum mengumumkan kapan rencananya akan mencapai kekebalan kelompok. [vm/lt]