Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan, Selasa (15/10), bawha Rwanda telah memulai uji klinis pertama di dunia, untuk pengobatan virus Marburg yang mirip Ebola, yang telah menewaskan lebih dari selusin orang di negara itu.
“Berita menggembirakan dari Rwanda,” kata Sekjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataan yang diunggah ke X.
Dia memuji negara itu yang telah meluncurkan “uji klinis pertama di dunia untuk penyakit virus Marburg”, bekerja sama dengan lembaga yang dipimpinnya, yang melibatkan penggunaan obat yang digunakan untuk mengobati COVID-19.
Wabah Marburg pertama kali diumumkan di Rwanda pada akhir September lalu, dan program vaksinasi menggunakan vaksin uji coba diluncurkan awal bulan ini.
Pengawas kesehatan Uni Afrika mengatakan pada Kamis (10/10) lalu, bahwa wabah itu telah terkendali.
Pada saat itu, negara kecil di wilayah Great Lakes di Afrika itu telah mencatat hingga 58 kasus penyakit tersebut, dengan 13 kematian, kata Menteri Kesehatan Rwanda Sabin Nsanzimana.
Dia mengatakan, 12 orang telah pulih, sementara lebih dari 2.700 orang telah menjalani tes.
Marburg ditularkan ke manusia dari kelelawar buah, dan merupakan bagian dari apa yang disebut keluarga filovirus, yang mencakup Ebola.
Dengan tingkat kematian hingga 88 persen, demam hemoragik Marburg yang sangat menular sering kali disertai dengan pendarahan dan kegagalan organ.
Saat ini tidak ada vaksin yang disetujui secara resmi, atau perawatan antivirus yang disetujui, tetapi perawatan potensial, termasuk produk darah, terapi kekebalan dan obat sedang dievaluasi.
WHO mengatakan di X bahwa uji coba pengobatan baru “melibatkan pengujian keamanan dan kemanjuran Remdesivir, obat melawan virus yang sudah digunakan untuk mengobati COVID-19, dan MBP091, antibodi khusus yang dirancang untuk melawan virus Marburg”.
“Uji coba ini merupakan hasil kerja dua tahun oleh hampir 200 peneliti, pengembang, pejabat kementerian kesehatan dan mitra di seluruh dunia dan dari 17 negara Afrika yang berisiko mengalami wabah filovirus seperti Ebola dan Marburg,” tambah WHO. [ns/uh]