Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan tindakan untuk membersihkan dunia dari Tuberkulosis (TBC) momok kuno yang telah membuat sakit dan membunuh jutaan orang selama berabad-abad.
Tema peringatan tahun ini, "Ya! Kita bisa mengakhiri TBC," diharapkan dapat mengirim pesan harapan bahwa mengakhiri epidemi yang setiap tahunnya membunuh sekitar 1,3 juta orang, merupakan suatu hal yang mungkin.
Meskipun penyakit ini dapat disembuhkan dan dicegah, dalam pertemuan tingkat tinggi PBB tahun 2023 tentang TBC, para kepala negara dan pemerintahan memperkirakan dibutuhkan 13 miliar dolar AS setiap tahun untuk pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan sehingga dapat mengakhiri epidemi ini pada tahun 2030.
Para kepala negara itu berjanji akan mempercepat kemajuan dalam memberantas TBC dan mengubah komitmen ini menjadi tindakan nyata. Mereka menyetujui serangkaian target global untuk memajukan proses ini.
Dr. Tereza Kasaeva, Direktur Program Penanganan TBC di WHO mengatakan “target-target tersebut termasuk menjangkau 90 persen orang yang membutuhkan layanan pencegahan dan perawatan TBC, menggunakan tes cepat yang direkomendasikan WHO dan metode pertama untuk mendiagnosis TBC, serta menyediakan paket tunjangan kesehatan dan sosial untuk semua orang dengan TBC.”
BACA JUGA: Menkes: 400 Ribu Pengidap TBC Tidak Terdeteksi dan Berpotensi MenularkanDitambahkannya, “Ini merupakan titik penting dalam perjuangan global untuk mengakhiri TBC. Lima tahun ke depan akan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa momentum politik yang kita miliki saat ini diterjemahkan ke dalam tindakan nyata untuk mencapai target TBC global."
Tuberkulosis adalah penyakit menular nomor dua di dunia yang paling banyak menelan korban setelah COVID-19, HIV dan AIDS. WHO melaporkan 1,3 juta orang meninggal akibat TBC pada tahun 2022 dan diperkirakan 10,6 juta orang jatuh sakit karena penyakit ini.
Ini adalah jumlah kasus baru tertinggi sejak badan kesehatan dunia tersebut mulai memantau penyakit ini pada tahun 1995. WHO mengatakan bahwa peningkatan tajam ini mungkin terkait dengan "keterlambatan pengobatan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19."
TBC, penyakit yang ditularkan melalui udara, menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah. Penyakit ini ada di semua negara dan kelompok usia. [em/ka]