Data yang dikumpulkan dari 121 negara menunjukkan miliaran orang sedang menghadapi krisis kesehatan, dan negara-negara itu harus segera mengambil tindakan untuk meningkatkan atau memulihkan fasilitas air, sanitasi, kebersihan dan kesehatan mereka – di WHO dikenal sebagai WASH (water, sanitation and hygiene). Laporan, yang paling komprehensif hingga saat ini, mendapati bahwa sebagian besar negara tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, yaitu menyediakan air dan fasilitas sanitasi pada semua orang selambat-lambatnya tahun 2030.
Menurut Bruce Gordon, kepala proyek perairan, sanitasi, kebersihan, dan kesehatan di WHO, meskipun diperlukan percepatan secara dramatis, hanya 25% negara siap memenuhi target sanitasi itu, dan hanya 45% negara yang siap memenuhi target penyediaan air minum.
“Hal ini bertentangan dengan latar belakang sejumlah besar penyakit diare yang terkait dengan konsumsi air yang buruk, sanitasi yang buruk. Kurangnya kebersihan tangan juga berdampak pada infeksi saluran pernafasan. Hampir dua juta orang meninggal setiap tahun karena air, sanitasi dan kebersihan yang tidak dikelola dengan baik,” ungkapnya.
BACA JUGA: Kekeringan di Kenya Paksa Anak-anak Penggembala Putus SekolahDitambahkannya, negara-negara perlu berkomitmen kembali pada target yang mereka buat untuk menyelamatkan nyawa. Ia mencatat peluang besar melakukan hal itu akan terjadi dalam konferensi air dan sanitasi PBB yang bersejarah bulan Maret nanti. Untuk pertama kali dalam 50 tahun, ujarnya, komunitas global akan berkumpul untuk meninjau kemajuan dan membuat komitmen memperbaiki situasi ini secara sukarela.
Laporan ini menyelidiki dampak peristiwa cuaca ekstrem terkait iklim yang menghambat penyampaian layanan WASH yang aman. Gordon mengatakan laporan itu menyoroti pentingnya ketahanan iklim dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Namun ketika kita melihat respon kebijakan – apakah itu teknologi tahan iklim, atau hal-hal sederhana untuk mencegah banjir atau mengurangi kekeringan – manajemen risiko sederhana atau teknologi itu tidak diberlakukan,” imbuh Gordon.
Laporan WHO itu menyerukan kepada pemerintah-pemerintah di dunia untuk meningkatkan investasi guna memperluas akses pada layanan air minum dan sanitasi yang dikelola dengan aman. Laporan itu mendesak agar negara-negara memberikan dukungan pada layanan WASH dengan menerapkan sistem pemantauan, fungsi pengaturan dan pengembangan kapasitas. [em/lt]