Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan mitra-mitranya pada Jumat (13/9)menyusun rencana untuk membantu menyalurkan vaksin, tes, dan pengobatan mpox kepada masyarakat yang paling rentan di negara-negara termiskin di dunia, serupa dengan upaya selama pandemi COVID-19. Sebelumnya, WHO menyetujui vaksinasi pertama untuk penyakit yang menyebar dengan cepat itu.
Kedua langkah tersebut diharapkan dapat memudahkan negara-negara Afrika yang terkena dampak buruk untuk mengakses vaksin, ketika virus mpox jenis baru menyebar dari Republik Demokratik Kongo ke negara-negara tetangganya. WHO telah menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan masyarakat global.
“Di samping intervensi kesehatan masyarakat lainnya, vaksin, terapi, dan diagnostik adalah alat yang ampuh untuk mengendalikan wabah mpox di Afrika,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang telah berjanji untuk menyumbangkan 3,6 juta dosis dari dua vaksin utama yang digunakan untuk melawan mpox, kata WHO pada Jumat (13/9). Vaksinasi akan dimulai pada 2 Oktober dengan sumbangan tahap pertama.
BACA JUGA: Kongo Terima Kiriman 50 Ribu Dosis Vaksin Mpox dari ASSebelumnya pada Jumat, WHO mengatakan telah menyetujui vaksin Bavarian Nordic, yang dikenal sebagai Jynneos di Amerika Serikat (AS). Pihaknya juga mempertimbangkan LC16, yang dibuat oleh pabrikan Jepang, KM Biologics.
Persetujuan tersebut, yang dikenal sebagai prakualifikasi, berarti badan-badan PBB sekarang dapat membeli vaksin serta membantu mengoordinasikan donasi. Gavi, Aliansi Vaksin, ikut mendanai pembelian vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah dengan cara ini dan memiliki dana hingga $500 juta untuk dibelanjakan pada mpox.
Banyak Penundaan
WHO mendapat kritik karena terlalu lambat dalam memberikan vaksin mpox.
Vaksin Bavarian Nordic telah digunakan di seluruh dunia sejak 2022, setelah regulator AS dan Eropa mendukung vaksin tersebut untuk digunakan melawan jenis mpox berbeda yang menyebar secara global pada 2022.
WHO baru secara resmi memulai prosesnya pada Agustus tahun ini. Faktor-faktor lain, termasuk harga vaksin yang berkisar $100 (sekitar 1,5 juta rupiah), wabah penyakit lainnya, dan lambannya proses di negara-negara yang terkena dampak paling parah seperti Kongo, juga turut berperan.
“Bukti yang kita miliki sekarang adalah…penting bagi kita untuk memanfaatkannya [vaksin] untuk melindungi populasi kita,” kata Dimie Ogoina, ketua komite darurat mpox WHO, sebelum organisasi itu merilis persetujuan tersebut.
Ia menekankan bahwa vaksin bukanlah “obat ajaib”, dan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya juga penting.
BACA JUGA: Pemerintah Harap Teken Kesepakatan Bisnis $3,5 Miliar di Forum AfrikaPenggunaan di Luar Indikasi untuk Anak
Bavarian Nordic mengatakan vaksin tersebut ditujukan untuk imunisasi terhadap penyakit cacar, mpox, dan virus ortopox terkait pada mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin ini juga dapat digunakan secara “off-label” atau di luar indikasi untuk anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah dalam kondisi wabah karena manfaat vaksinasi lebih besar dibandingkan risikonya. LC16 sudah bisa diberikan kepada anak-anak, menurut regulator Jepang, meski memerlukan jenis jarum khusus.
Anak-anak sangat rentan terhadap mpox, infeksi virus yang biasanya menyebabkan gejala mirip flu dan lesi kulit berisi nanah, serta orang dengan kondisi sistem kekebalan seperti HIV. [ft]/ah