Tujuh anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata yang diduga Abu Sayyaf di Filipina sejak 23 Juni 2016, berada dalam kondisi baik.
Menteri Luar Negeri RI Retno Lestari Priansari Marsudi di Kemenlu Jakarta Selasa (28/6) mengatakan, akan terus menginformasikan perkembangan apapun kepada pihak keluarga.
"WNI kita dalam keadaan baik. Dari waktu ke waktu Kementerian Luar Negeri tentunya akan perkembangan ini kepada pihak keluarga," kata Menlu Retno Marsudi.
Retno Marsudi memastikan, Pemerintah Indonesia memprioritaskan keselamatan para sandera. Komunikasi antar instansi dengan pemerintah Filipina meurut Retno terus dijalin, di antaranya antar kementerian Pertahanan dari kedua negara.
"Bagi Pemerintah Indonesia prioritas utama tetap pada keselamatan para sandera. Kita akan terus mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak," jelasnya.
"Menteri Pertahanan Indonesia telah melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Filipina. Ada dua kerjasama yang disepakati adalah kerjasama untuk penyelamatan sandera saat ini. Yang kedua adalah kerjasama untuk mencegah penyanderaan kembali di masa yang akan datang," imbuh Menlu Retno Marsudi.
Retno Marsudi mengatakan, dirinya berencana pergi ke Filipina untuk bertemu dengan Menlu Filipina untuk membahas penyanderaan tujuh WNI. "Kementerian Luar Negeri telah menerjunkan diplomatnya ke Davao untuk berbicara dengan banyak pihak. Pertama guna memperoleh informasi yang lebih banyak, dan yang kedua untuk membahas upaya penyelamatan. Saya akan melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Filipina yang baru secepat mungkin setelah tanggal 30 Juni 2016," kata Retno.
Tujuh orang warga Indonesia telah disandera oleh kelompok bersenjata di wilayah Filipina Selatan pada 20 Juni 2016. Para sandera dari kapal Charles 00 itu diculik dalam perjalanan menuju Indonesia. Intelijen Filipina menyebut pelaku penyanderaan adalah kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Majal Adja atau "Apo Mike". Kelompok bersenjata ini menculik tujuh orang dari 13 awak kapal dan kabur menuju wilayah Tawi-tawi.
Retno Marsudi menjelaskan, penculikan itu dilakukan dua kali oleh kelompok orang yang berbeda. Kelompok pertama membawa tiga sandera, kelompok kedua membawa dua sandera. Enam ABK lainnya disuruh meneruskan perjalanan ke Samarinda.
Sandera diambil oleh dua kelompok yang berbeda, namun berdasarkan informasi yang kita peroleh saat ini mereka sudah ada di dalam satu kelompok. Namun kadang-kadang mereka dipindahkan dan dipecah dalam dua kelompok. Diperkirakan masih di sekitar pulau Jolo. Penyandera pertama terdiri dari lima sampai enam orang dengan menggunakan senjata. Sedangkan penyandera kedua terdiri dari delapan sampai 10 orang juga dengan menggunakan senjata.
Your browser doesn’t support HTML5
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kelompok bersenjata itu meminta tebusan atas para sandera, sama seperti dengan dua kasus sebelumnya.
Seperti diketahui sebelumnya 14 pelaut Indonesia telah dibebaskan dalam dua periode yaitu April dan Mei lalu setelah disandera di wilayah Filipina selatan oleh kelompok Abu Sayyaf. [aw/ab]