Kelompok advokasi margasatwa World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan waktunya hampir habis bagi negara-negara Afrika tengah untuk mengejar dan menangkap kelompok pemburu liar yang dituduh membunuh ratusan gajah.
Sekitar 300 pemburu liar bersenjata lengkap dan berkuda asal Sudan diyakini berburu gajah di kawasan padang rumput Kamerun, Chad, dan Republik Afrika Tengah.
Dalam satu perburuan bulan lalu, mereka diduga membunuh 89 gajah di Chad selatan. Mereka juga dicurigai membunuh sekitar 300 gajah di Kamerun awal 2012, perburuan yang menarik perhatian dunia terkait ancaman yang dihadapi gajah-gajah di sana.
Tiga minggu lalu Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Tengah (ECCAS) mengadakan KTT regional di ibu kota Kamerun, Yaoundé, berusaha menghasilkan tanggapan yang setimpal.
Kamerun telah mengerahkan 600 tentara khusus untuk mengatasi masalah itu di wilayahnya. Dalam KTT itu, para pemimpin regional mengatakan akan mengerahkan sampai 1.000 tentara dan petugas penegak hukum untuk menanganinya. Mereka juga berjanji akan membentuk komando terpusat, sehingga pasukan-pasukan dari berbagai negara bisa berkomunikasi dan berbagi data intelijen.
Namun, Bas Huijbregts, ketua kampanye World Wide Fund for Nature (WWF) dalam memberantas perdagangan gelap satwa liar di Afrika Tengah, mengatakan para pemburu liar itu diperkirakan kembali ke Sudan hanya beberapa minggu menjelang musim kemarau berakhir, artinya tidak cukup waktu untuk mengejar dan menangkap mereka. Ia mengatakan, minggu ini hanya ada sedikit kemajuan dalam pembentukan komando terpusat, dan upaya itu diragukan tidak bisa dimulai sesuai jadwal.
Honoré Tabuna, pejabat ECCAS yang memimpin upaya itu, mengatakan kepada VOA lewat e-mail, beberapa kemajuan berhasil dicapai dalam pembentukan komando terpusat dan pelaksanaannya. Tetapi, katanya, ketidakstabilan di Republik Afrika Tengah baru-baru ini mengakibatkan tertundanya penandatanganan rancangan keputusan untuk membentuk satuan anti-perburuan liar. Ia memperkirakan keputusan itu akan ditandatangani hari Senin.
Huijbregts mengatakan, sementara isu para pemburu liar Sudan hanya mendapat sedikit perhatian sejak tahun lalu, isu tersebut sudah lama menjadi malapetaka di kawasan itu. “Para pemburu liar ini sudah lama aktif di kawasan ini dan telah memusnahkan populasi gajah di wilayah utara dan timur Republik Afrika tengah. Itulah sebabnya mereka sekarang memburu kawanan gajah di Kamerun dan Chad,” paparnya.
WWF memperkirakan, jumlah gajah di padang rumput Republik Afrika Tengah jauh berkurang dalam 30 tahun terakhir dari 80.000 ekor menjadi tinggal beberapa ratus saja. (Robbie Core-Boulet)
Dalam satu perburuan bulan lalu, mereka diduga membunuh 89 gajah di Chad selatan. Mereka juga dicurigai membunuh sekitar 300 gajah di Kamerun awal 2012, perburuan yang menarik perhatian dunia terkait ancaman yang dihadapi gajah-gajah di sana.
Tiga minggu lalu Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Tengah (ECCAS) mengadakan KTT regional di ibu kota Kamerun, Yaoundé, berusaha menghasilkan tanggapan yang setimpal.
Kamerun telah mengerahkan 600 tentara khusus untuk mengatasi masalah itu di wilayahnya. Dalam KTT itu, para pemimpin regional mengatakan akan mengerahkan sampai 1.000 tentara dan petugas penegak hukum untuk menanganinya. Mereka juga berjanji akan membentuk komando terpusat, sehingga pasukan-pasukan dari berbagai negara bisa berkomunikasi dan berbagi data intelijen.
Namun, Bas Huijbregts, ketua kampanye World Wide Fund for Nature (WWF) dalam memberantas perdagangan gelap satwa liar di Afrika Tengah, mengatakan para pemburu liar itu diperkirakan kembali ke Sudan hanya beberapa minggu menjelang musim kemarau berakhir, artinya tidak cukup waktu untuk mengejar dan menangkap mereka. Ia mengatakan, minggu ini hanya ada sedikit kemajuan dalam pembentukan komando terpusat, dan upaya itu diragukan tidak bisa dimulai sesuai jadwal.
Honoré Tabuna, pejabat ECCAS yang memimpin upaya itu, mengatakan kepada VOA lewat e-mail, beberapa kemajuan berhasil dicapai dalam pembentukan komando terpusat dan pelaksanaannya. Tetapi, katanya, ketidakstabilan di Republik Afrika Tengah baru-baru ini mengakibatkan tertundanya penandatanganan rancangan keputusan untuk membentuk satuan anti-perburuan liar. Ia memperkirakan keputusan itu akan ditandatangani hari Senin.
Huijbregts mengatakan, sementara isu para pemburu liar Sudan hanya mendapat sedikit perhatian sejak tahun lalu, isu tersebut sudah lama menjadi malapetaka di kawasan itu. “Para pemburu liar ini sudah lama aktif di kawasan ini dan telah memusnahkan populasi gajah di wilayah utara dan timur Republik Afrika tengah. Itulah sebabnya mereka sekarang memburu kawanan gajah di Kamerun dan Chad,” paparnya.
WWF memperkirakan, jumlah gajah di padang rumput Republik Afrika Tengah jauh berkurang dalam 30 tahun terakhir dari 80.000 ekor menjadi tinggal beberapa ratus saja. (Robbie Core-Boulet)