Pemimpin China Xi Jinping tampak tersenyum ketika mendarat di San Francisco di mana dia telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden dan menghadiri KTT Pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Namun, di dalam negeri, China tengah terguncang oleh serangkaian peristiwa penting yang terjadi selama tahun yang penuh dengan gejolak, dan yang terbaru adalah kematian mendadak mantan perdana menteri Li Keqiang kurang dari tiga minggu lalu.
Di bawah kepemimpinan Xi, dan khususnya selama setahun terakhir, China telah berjuang menghadapi berbagai tantangan: mulai dari perlambatan ekonomi, melonjaknya pengangguran kaum muda, dan frustrasi masyarakat terhadap sejumlah kebijakann Xi hingga pemecatan terhadap pejabat-pejabat penting pemerintah yang ia tunjuk. Para analis mengatakan tantangan-tantangan tersebut dan reaksi masyarakat telah memicu meningkatnya ketidakpercayaan dan berkurangnya dukungan terhadap Xi.
Kematian mendadak
Pada akhir bulan lalu, berita meninggalnya mantan Perdana Menteri Li Keqiang secara mendadak menjadi berita terkini yang menyita perhatian dan kekhawatiran publik.
“Kematian Li Keqiang lebih mengguncang masyarakat dibandingkan insiden sebelumnya yang melibatkan hilangnya Menteri Luar Negeri Qin Gang dan Menteri Pertahanan Li Shangfu,” kata Xia Ming, profesor ilmu politik di City University of New York.
BACA JUGA: Isyarat Presiden China: Lebih Banyak Panda akan Tiba di AS“Oleh warga China, pada umumnya Li dipandang sebagai salah satu bagian dari mereka, [dan] bersimpati kepada mereka, kematiannya yang mendadak dan kremasi yang terburu-buru menimbulkan rasa ketidakadilan yang kuat,” katanya.
Meskipun ada upaya dari pihak berwenang untuk mengontrol reaksi terhadap meninggalnya Li, ada banyak tanggapan dari masyarakat baik secara daring maupun luring. Ribuan orang mengantre untuk meletakkan bunga di luar rumah sakit tempat dia meninggal di Shanghai dan di kampung halamannya di Provinsi Anhui tengah. Sebagian orang memasang tanda bertuliskan beberapa ucapan Li Keqiang yang paling terkenal di bagian belakang mobil mereka. Pihak berwenang segera menghentikan diskusi apa pun tentang Li Keqiang, termasuk spekulasi bahwa Xi memiliki andil dalam kematian Li. Beberapa orang yang berbicara di depan umum sambil meneriakkan “kita semua tahu bagaimana Li Keqiang meninggal,” segera ditangkap.
Ketika berita kematian Li menyebar secara online, pesan “sayangnya bukan Anda” pun ikut menyebar, yang dianggap oleh banyak orang sebagai kecaman publik terhadap Xi.
Di bawah Xi, anggota Partai diharapkan untuk mengucapkan janji “kesetiaan mutlak,” dan siapa pun yang tidak “setia mutlak” dianggap sangat tidak setia, kata Xia.
Xia menambahkan bahwa insiden yang sangat tidak biasa di mana mantan pemimpin partai Hu Jintao tiba-tiba digiring keluar panggung selama pertemuan partai pada bulan Maret lalu juga merupakan sesuatu yang menimbulkan kekhawatiran di China.
Dalam beberapa bulan setelah insiden dengan Hu, menteri luar negeri dan menteri pertahanan China menghilang dari pandangan publik dan keduanya kemudian dicopot dari jabatannya, tanpa penjelasan apa pun. Perubahan mendadak yang melibatkan komandan tinggi militer lainnya juga menandakan ketidakstabilan di tingkat atas pemerintahan.
Sejak berkuasa pada tahun 2012, Xi telah meluncurkan kampanye anti-korupsi besar-besaran yang menurut para analis tidak hanya digunakan untuk menargetkan penyalahgunaan dana pemerintah tetapi juga saingan politik Xi.
Skala perselisihan antar partai dan potensi tantangan terhadap Xi dapat dilihat dari banyaknya pejabat yang “diselidiki dan ditangani” dalam kampanye anti-korupsi sejak Xi menjabat, kata para analis.
Meskipun pemerintah mencatat jumlah total orang yang diselidiki mencapai lebih dari empat juta orang pada tahun 2021, “masing-masing dari mereka memiliki anggota keluarga dan teman, jadi jumlah sebenarnya dari mereka yang terdampak sangat mencengangkan,” kata Xia.
BACA JUGA: Biden Mengutip Tentang Fentanyl, AI, dan Komunikasi Militer Setelah Bertemu XiRetorika dan kenyataan
Orville Schell adalah wakil presiden Asia Society dan mengepalai Pusat Hubungan AS-China di organisasi tersebut. Dia memperhatikan sedikit perubahan nada dari Beijing.
“Akhir-akhir ini ada beberapa tanda yang menunjukkan [Xi] sedikit khawatir akan tindakan yang melampaui batas dan bersikap terlalu agresif,” kata Schell kepada VOA dalam sebuah wawancara pada Selasa (14/11). “Dia menyadari hal ini karena perekonomian sedang berada dalam kesulitan, penting untuk mengambil sikap mundur sedikit dan mencoba untuk tidak terlalu memusuhi pelaku pasar global yang telah membeli barang dari China dan mendukung kemakmuran ekonomi China.”
“Kita harus menyadari bahwa hal ini sebagian besar hanyalah retorika,” tambahnya, yang merupakan reaksi terhadap kesadaran, seperti yang dia katakan, bahwa “China berada dalam posisi yang agak sulit secara ekonomi.”
Pengamat lama China yang pertama kali mengunjungi China pada tahun 1970-an ketika Mao Zedong masih hidup itu, memperingatkan bahwa terlepas dari retorika, karakter dan karakteristik intrinsik dan karakteristik rezim otokratis saat ini, China tetap tidak berubah. [my/lt]