China “berada di bagian sejarah yang tepat,” kata pemimpin China Xi Jinping dalam pidato Tahun Baru 2023 yang disampaikannya pada Sabtu (31/12) malam waktu setempat.
Pidato disampaikan ketika menguat pertanyaan tentang penanganan COVID-19 oleh pemerintah, juga tantangan ekonomi dan politik di dalam dan luar negeri.
Berbicara di televisi nasional di kantor yang berpanel kayu, Xi tidak menjawab secara langsung masalah yang dihadapi China, alih-alih menunjukkan keberhasilan produksi pertanian, pengentasan kemiskinan dan keberhasilan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin pada Februari lalu.
Ia sempat beralih ke tantangan yang dihadapi negara terpadat di dunia dan sekaligus negara yang memiliki tingkat perekonomian terbesar kedua di dunia, dengan mengatakan “dunia sedang tidak damai.” Ia menggarisbawahi bahwa China “akan dengan gigih senantiasa mengadvokasi perdamaian dan pembangunan, dan dengan teguh berdiri di bagian sejarah yang tepat.”
Beberapa minggu terakhir ini telah terjadi demonstrasi jalanan terhadap pemerintah Xi, yang pertama dihadapi Partai Komunis itu dalam lebih dari tiga puluh tahun.
Pidato Xi mengikuti perubahan arah yang menakjubkan dalam kebijakan penanganan COVID-19 yang keras dan telah memicu kembali lonjakan kasus baru, yang membuat Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain memberlakukan aturan bagi mereka yang melakukan perjalanan untuk meminta bukti uji medis bebas COVID-19.
Sementara itu ekonomi China sedang berjuang mengatasi kelesuan, memacu meningkatnya pengangguran. Hubungan dengan AS dan negara-negara besar lain juga sedang berada di titik terendah dalam sejarah.
Aktivitas Seperti Biasa
Warga China yang tidak menghiraukan ketidakpastian itu kembali bekerja, berbelanja dan berkegiatan. Mereka juga mempersiapkan libur Tahun Baru Imlek pada Januari yang merupakan hari libur penting dalam kalender China.
Xi, yang juga mengepalai Angkatan Bersenjata China yang kini semakin kuat, pada bulan Oktober lalu diberi mandat masa jabatan lima tahun yang ketiga sebagai Kepala Partai Komunis China yang beranggotakan 97 juta orang.
Setelah mengesampingkan pesaing-pesaing potensial dan menghapus seluruh pembatasan pada masa jabatannya, Xi berpotensi menjabat sebagai pemimpin China selama sisa hidupnya.
China juga telah berada di bawah tekanan karena mendukung Rusia. Pada Jumat (30/12) Xi melangsungkan pertemuan virtual dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di mana ia dikutip sebagai menggambarkan peristiwa di Ukraina sebagai “suatu krisis.”
Terminologi itu menandai perubahan referensi yang biasa digunakan China atas “situasi di Ukraina,” dan perubahan itu mungkin mencerminkan peningkatan keprihatinan China tentang arah konflik itu.
Dalam pidatonya, Xi dengan hati-hati menggarisbawahi dukungan China pada Rusia. China menegaskan “tidak ada batasan” persahabatan dengan Rusia dan tidak menyalahkan Putin atas terjadinya konflik itu, sebaliknya menyerang AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), dan mengecam keras sanksi ekonomi untuk menghukum Rusia. [em/ft]