Melalui sesi wawancara dengan kantor berita China, Xinhua, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia siap untuk berunding mengenai perang di Ukraina. Rusia disebutnya “tidak pernah menolak perundingan.”
Sejak invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 lalu, Rusia disebut Putin mencari “penyelesaian konflik yang komprehensif, berkelanjutan, dan adil melalui cara-cara damai.”
Putin dijadwalkan berkunjung ke Beijing pada hari Kamis (16/5) atas undangan Presiden China Xi Jinping. Menurut Kementerian Luar Negeri China pada hari Selasa (14/5), kunjungan itu akan berlangsung selama dua hari.
Melalui sebuah pernyataan Kremlin, Xi dan Putin akan “berdiskusi secara rinci tentang seluruh masalah terkait kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis, serta menentukan arah baru dalam pengembangan lebih lanjut kerja sama antara Rusia dan China.”
Mereka juga akan “bertukar pendapat secara rinci mengenai isu-isu internasional dan regional yang mendesak.”
BACA JUGA: Presiden Rusia Berkunjung ke China Pekan IniRusia telah menggencarkan serangannya di wilayah Kharkiv, Ukraina timur laut, dalam seminggu terakhir. Akibatnya, sebanyak hampir 8.000 orang terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka.
China mengatakan bahwa mereka adalah pihak netral dalam konflik Ukraina. Namun, secara ekonomi, politik dan retorika, China mendukung Rusia dan menolak untuk mengutuk serangan Moskow.
Lyle Morris, peneliti senior di Pusat Analisis China di Asia Society Policy Institue mengatakan kepada VOA bahwa Xi dinilai “tidak akan mendukung 100% serangan Rusia yang terus menerus dan Putin tahu itu.”
Edward Lucas, penasihat senior di Pusat Analisis Kebijakan Eropa mengatakan kepada VOA bahwa posisi China menjadi semakin penting dalam hubungan antar kedua negara.
“Isu nomor satu Putin adalah bantuan untuk Ukraina,” sebut Lucas. “Dia (Putin) menginginkan bantuan diplomatik. Dia ingin bantuan untuk mencabut sanksi. Dia ingin lebih banyak senjata,” ujarnya.
Sementara kepentingan Xi sedikit berbeda. Lucas mengatakan bahwa Xi “tidak ingin Rusia kalah, tetapi juga tidak ingin Rusia bereskalasi sampai pada penggunaan nuklir.”
Lawatan Putin ke China ini akan merupakan perjalanan luar negeri pertamanya sejak ia kembali terpilih pada bulan Maret lalu untuk masa jabatan kelima. Kunjungan ke China kali ini adalah yang kedua dalam enam bulan. [th/lt]