Warga Indonesia, Allesia Weintraub, adalah seorang barista yang bekerja di sebuah kafe di pusat kota Washington, D.C., yang terpaksa harus tutup karena kebijakan yang diberlakukan pihak berwenang untuk mencegah meluasnya perebakan virus corona.
“Secara otomatis memang aku kehilangan pekerjaan, karena sehari-hari biasanya aku kerja di kafe," ceritanya kepada VOA belum lama ini.
Selain kini ditantang untuk pintar berhemat, Allesia pun banting setir dan mulai mencari kesibukan lain yang bisa menghasilkan. Dengan bertambahnya waktu luang di rumah, Allesia pun mengasah hobinya di dunia seni, salah satunya membuat asesoris berupa anting yang terbuat dari polymer clay, atau semacam tanah liat sintetis. Ia mempelajari hobinya ini secara otodidak, melalui berbagai tutorial di situs YouTube.
“Karena memang dulu sempat mulai tapi nggak seserius sekarang, karena pertama dulu belum punya banyak teman, belum punya banyak relasi jadi masih bingung bagaimana untuk memasarkan secara online gitu," katanya.
Anting-antingnya ini dijual lewat situs online dengan harga sekitar $6-16 USD atau setara dengan 88-230 ribu rupiah, tergantung tingkat kesulitan pembuatannya.
Siapa yang menyangka jika anting-anting ini berhasil menarik perhatian pembeli, karena keunikan bentuknya. Mulai dari anting yang ia lukis dengan gambar ayam jago khas Indonesia, bentuk burung, hingga anting berbentuk tisu toilet.
“Coba satu kali posting gitu anting-anting toilet paper dan ternyata responnya positif. Nggak cuman dari teman-teman Indonesia saja, tapi juga dari buyer-buyer di Amerika. Rasanya senang aja gitu ada penghasilan sedikit, untuk membantu di masa-masa sulit sekarang gitu kan, karena COVID-19," ujar Allesia.
Ide awal dari anting berbentuk tisu toilet ini datang dari kelangkaan tisu toilet di pasaran, di tengah pandemi virus corona. Salah satu penyebabnya adalah kepanikan warga dalam membeli tisu toilet ini yang dianggap sebagai barang esensial.
“Kayak apa ya, memberi pesan ke orang-orang yang lihat gitu kali mungkin, nggak tau juga kenapa gitu kan, memberi pesan udah setop, jangan panik beli toilet paper," jelasnya.
Kelangkaan tisu toilet di Amerika Serikat juga meresahkan Diana Dunham, salah satu pembeli anting karya Allesia. Sebagai orang Indonesia, Diana mengaku tidak terlalu tergantung dengan tisu toilet.
“Tapi memang buat orang di sini itu sesuatu yang sangat essential. Kalau menurut saya yang paling sedih itu adalah orang-orang tua, karena mereka tidak mempunyai kesempatan untuk pergi setiap saat, ke grocery stores, tapi mereka juga mencari toilet paper," kata Diana kepada VOA.
Menurut Diana, anting berbentuk tisu toilet ini memiliki pesan tersendiri.
“Aku melihatnya ini cara dia seperti nyeleneh ya, seperti sarkastik, 'oh ini loh, saking langkanya, aku bisa buat karya ini, sebagai asesoris.' Jadi aku langsung tertarik. Aku langsung, wah, ini nggak ada lagi yang kayak begini. Jadi langsung aku beli," jelasnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Salah seorang pembeli lainnya adalah pekerja di sebuah kantor dokter, yang lalu mengirim pesan teks kepada Allesia mengenai tanggapan orang-orang mengenai anting tisu toilet ini.
“Dia sampai kayak teks langsung ke aku, dia kasih review juga, ‘aku kerja di kantor dokter, terus teman-teman perawat semua jadi ketawa gitu. Jadi hiburan buat mereka yang melihat, kok lucu sih toilet paper,’” ujar Allesia.
Setelah banyak mendapat respon positif, baik dari warga Indonesia maupun warga lokal Amerika Serikat, rencananya, Alle akan membuat anting-anting unik lainnya yang masih mengambil tema pandemi virus corona.
“Sebenarnya sempat kepikiran kepingin bikin anting-anting bentuk tangan gitu. Nah, pesan yang ingin aku sampaikan kepada pembeli sama orang yang melihat gitu adalah intinya jangan lupa cuci tangan yang sering gitu, karena kan cuci tangan itu sendiri membantu mencegah penyebaran COVID-19, juga bagus untuk kebersihan diri sendiri juga," jelasnya.
Allesia berharap agar pandemi virus corona ini segera berakhir, agar ia bisa segera kembali bekerja. Namun, secara pribadi ia mengambil hikmah dari semua ini, yang telah menjadikannya lebih aktif lagi dalam berkreasi dan menghasilkan hingga 10 pasang anting dalam sehari.
“Nanti kalau misalkan udah selesai, berarti kan stok anting-anting, asesoris sudah banyak. Harapan aku kayak ingin ikut semacam bazaar tapi (untuk) local artist.” [di/em]