Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy hadir di hadapan Dewan Keamanan PBB di New York pada Rabu (20/9) untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia. Zelenskyy hadir untuk menggalang dukungan bagi negaranya dan menuduh Rusia melakukan “agresi kriminal dan tidak beralasan” yang menghancurkan norma-norma perang dan Piagam Persatuan Bangsa-Bangsa.
Dalam pertemuan yang agak kontroversial, Zelenskyy mempromosikan tindakan yang diambil, termasuk mempersenjatai Ukraina dan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
“Membantu Ukraina dengan persenjataan dalam hal ini, dengan menjatuhkan sanksi dan memberikan tekanan komprehensif terhadap agresor, serta memberikan suara untuk resolusi yang relevan, berarti membantu mempertahankan Piagam PBB,” kata Zelenskyy.
Dewan tersebut telah bertemu puluhan kali dan melakukan pemungutan suara berulang kali sejak agresi Rusia 19 bulan lalu dan menuntut agar Kremlin menarik pasukannya dari Ukraina, meskipun dewan tersebut tidak dapat mengambil tindakan apa pun mengenai masalah ini karena Rusia memiliki hak veto.
BACA JUGA: Biden Tawarkan Kepemimpinan AS dan Kecam Rusia di Sidang Umum PBBZelensky mendesak dukungan terhadap upaya Ukraina, dan menekankan bahwa usulan perdamaiannya dimulai dengan kepatuhan pada piagam yang menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari seluruh anggota PBB yang berjumlah 193 negara.
Sebelum pertemuan tersebut, terdapat spekulasi mengenai apakah Zelenskyy dan menteri luar negeri Rusia, Sergey Lavrov, akan saling berhadapan, mengadakan diskusi, atau justru saling menghindari satu sama lain. Namun Zelenskyy meninggalkan dewan segera setelah pidatonya.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kemudian memberikan pengarahan kepada dewan, dengan menyatakan bahwa invasi Rusia “jelas-jelas melanggar Piagam PBB dan hukum internasional.”
Perang tersebut “memperburuk ketegangan dan perpecahan geopolitik, mengancam stabilitas regional, meningkatkan ancaman nuklir dan menciptakan perpecahan yang mendalam di dunia yang semakin multipolar,” kata Sekjen PBB itu. [lt/rs]