Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengajukan permohonan mendesak kepada anggota kongres Amerika Serikat di Capitol Hill pada Kamis (21/9). Zelenskyy mengatakan bahwa tanpa bantuan baru dari AS untuk memerangi agresi Rusia, Ukraina akan kalah perang.
Gedung Putih meminta dana tambahan sebesar $24 miliar (sekitar Rp360 triliun) untuk Ukraina sebelumnya tahun ini. Namun terdapat kekhawatiran yang semakin besar dari Partai Republik mengenai pemberian bantuan AS ke Ukraina, ditambah dengan kesulitan yang lebih luas dalam meloloskan resolusi berkelanjutan jangka pendek atau anggaran penuh tahun 2024 untuk mendanai pemerintah AS setelah melewati batas waktu 30 September.
Pemimpin Mayoritas (Partai Demokrat) Senat Chuck Schumer menyimpulkan pertemuan dengan Zelenskyy tersebut dengan mengatakan kepada para anggotanya, ‘Jika kita tidak mendapatkan bantuan, kita akan kalah perang.”
Pemimpin Minoritas (Partai Republik) Senat Mitch McConnell, yang merupakan pendukung utama bantuan AS untuk Ukraina di Senat, tidak bersedia memberikan komentar setelah pertemuan itu dan hanya mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan tersebut adalah “pertemuan yang baik.”
BACA JUGA: Pemerintahan Biden Umumkan Bantuan $325 juta untuk UkrainaZelenskyy juga bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Kamis menjelang pengumuman Pentagon mengenai paket keamanan baru yang mencakup lebih banyak kemampuan pertahanan udara dan artileri untuk Ukraina.
Juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Patrick Ryder, mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa “semuanya berjalan sesuai jadwal” dengan pengiriman tank M1 Abrams ke Ukraina dan jika ada penutupan pemerintah, pelatihan F-16 di AS untuk pilot Ukraina akan tetap dilakukan.
Sejak awal perang pada bulan Februari 2022 hingga Mei 2023, AS telah memberikan bantuan lebih dari $76,8 miliar, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri.
Jumlah warga AS yang berpendapat bahwa Amerika Serikat sudah terlalu banyak memberikan bantua kepada Ukraina semakin meningkat sejak invasi Rusia ke negara tersebut pada Februari 2022, menurut survei yang dilakukan Pew Research Center pada Juni 2023. [lt/ka]