Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

PBB Peringatkan Siklus Air Dunia Semakin Tidak Menentu

Permukaan air Sungai Parana, di sekitar Rosario, Argentina yang mengalir melalui pelabuhan pedalaman utama di Corrientes, turun ke titik terendah dalam sejarah akibat kekeringan parah di hulu di Brazil, 18 September 2024. (Sebastian Toba/REUTERS)
Permukaan air Sungai Parana, di sekitar Rosario, Argentina yang mengalir melalui pelabuhan pedalaman utama di Corrientes, turun ke titik terendah dalam sejarah akibat kekeringan parah di hulu di Brazil, 18 September 2024. (Sebastian Toba/REUTERS)

Banjir dan kekeringan yang semakin intens merupakan “sinyal bahaya” dari apa yang akan terjadi, karena perubahan iklim membuat siklus air di planet ini semakin tidak dapat diprediksi, demikian ungkap PBB, Senin (7/10).

Tahun lalu, sungai-sungai di bumi mengalami kondisi terkering selama lebih dari 30 tahun, gletser mengalami pencairan massa es terbesarnya dalam setengah abad, dan bencana banjir terjadi dalam jumlah yang “signifikan”, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB dalam sebuah laporan.

“Air ibarat burung kenari di tambang batu bara perubahan iklim,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan Keadaan Sumber Daya Air Global.

Burung kenari adalah indikator awal adanya bahaya gas beracun dalam pertambangan. Pernyataan Saulo merupakan sebuah analogi bahwa segala perubahan yang terkait air menjadi sinyal awal perubahan iklim. “Kita menerima sinyal-sinyal bahaya dalam bentuk curah hujan yang semakin ekstrem, banjir dan kekeringan yang menimbulkan dampak besar pada kehidupan, ekosistem dan ekonomi,” katanya.

Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Celeste Saulo (kanan) dan Direktur WMO, hidrologi, air dan kriosfer Stefan Uhlenbrook menghadiri konferensi pers di Swiss, mengenai laporan WMO mengenai sumber daya air dunia, di Jenewa, 7 Oktober 2024.(Fabrice COFFRINI/AFP)
Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Celeste Saulo (kanan) dan Direktur WMO, hidrologi, air dan kriosfer Stefan Uhlenbrook menghadiri konferensi pers di Swiss, mengenai laporan WMO mengenai sumber daya air dunia, di Jenewa, 7 Oktober 2024.(Fabrice COFFRINI/AFP)

Saulo mengatakan memanasnya atmosfer bumi telah membuat siklus air menjadi lebih tidak menentu dan tidak dapat diprediksi.

Tahun lalu merupakan rekor tahun terpanas, dengan suhu yang tinggi dan kondisi kering yang meluas sehingga menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan. Banjir juga terjadi di berbagai wilayah di dunia.

Peristiwa-peristiwa ekstrem itu sebagiannya dipengaruhi oleh kondisi iklim yang terjadi secara alami, termasuk fenomena cuaca La Nina dan El Nino, dan semakin dipengaruhi oleh perubahan iklim yang disebabkan ulah manusia.

“Atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak uap air, yang mendorong curah hujan tinggi. Penguapan yang lebih cepat dan pengeringan tanah memperburuk kondisi kekeringan,” kata Saulo.

Pencairan Gletser dalam Skala Besar

Air yang terlalu melimpah ataupun tidak cukup menyebabkan masalah bagi banyak negara. Tahun lalu, Afrika merupakan benua yang paling terdampak dalam hal korban jiwa.

Di Libya, dua bendungan jebol akibat banjir besar pada September 2023, merenggut lebih dari 11.000 nyawa dan mempengaruhi 22 persen populasi, menurut WMO.

Banjir juga melanda wilayah Tanduk Besar Afrika, Republik Demokratik Kongo, Rwanda, Mozambik, dan Malawi.

Menurut PBB, saat ini ada 3,6 miliar orang yang tidak memiliki akses memadai ke air bersih setidaknya sebulan sekali per tahun. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada tahun 2050.

Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 50 persen daerah tangkapan air sungai menjadi lebih kering dari biasanya.

Sementara itu, aliran air yang masuk ke waduk berada di bawah level normal di banyak daerah di dunia dalam setengah dekade terakhir.

Gletser di Peru Menyusut, Jenazah Pendaki Ditemukan 22 Tahun Kemudian
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:01:23 0:00

Meningkatnya suhu juga mengakibatkan gletser mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi, di mana gletser kehilangan lebih dari 600 miliar ton air—terburuk dalam 50 tahun observasi, menurut data awal untuk September 2022 hingga Agustus 2023.

Selain membatasi emisi gas rumah kaca buatan manusia yang menyebabkan pemanasan global, WMO ingin agar sumber daya air tawar di dunia dapat dipantau dengan lebih baik, sehingga sistem peringatan dini dapat mengurangi kerusakan pada manusia dan satwa liar.

Stefan Uhlenbrook, direktur departemen hidrologi, air, dan kriosfer WMO, menekankan pentingnya investasi infrastruktur untuk melestarikan air dan melindungi masyarakat dari bahaya.

Namun, ia juga menyoroti perlunya melestarikan air, terutama untuk pertanian, yang menggunakan 70 persen konsumsi air tawar dunia.

Ia memperingatkan bahwa akan sulit untuk mengembalikan siklus air yang lebih teratur.

“Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menstabilkan iklim, yang merupakan tantangan dari generasi ke generasi,” ujarnya. [br/ka]

Badai Milton Menguat Jadi Kategori 4, Pemerintah Florida Perintahkan Evakuasi

Warga setempat antre di tengah hujan sebelum gudang tempat belanja dibuka menjelang Badai Milton yang diperkirakan akan menerjang Kissimmee, Florida pada pertengahan minggu ini, 7 Oktober 2024. (Gregg Newton / AFP)
Warga setempat antre di tengah hujan sebelum gudang tempat belanja dibuka menjelang Badai Milton yang diperkirakan akan menerjang Kissimmee, Florida pada pertengahan minggu ini, 7 Oktober 2024. (Gregg Newton / AFP)

Peringatan gelombang badai kembali diumumkan di beberapa wilayah di Florida ketika Milton bergerak ke arah daratan dengan angin berkecepatan 100 mil (161 kilometer) per jam, kata Pusat Badai Nasional Amerika Serikat dalam peringatan terbarunya pada Senin (7/10).

Badai Milton dengan cepat menguat menjadi badai Kategori 4, Senin (7/10) di jalur menuju daerah-daerah berpopulasi padat di Florida, termasuk Tampa dan Orlando, disertai ancaman gelombang badai yang berbahaya di Tampa Bay. Badai tersebut berpotensi memicu evakuasi massal, kurang dari dua minggu setelah Badai Helene yang dahsyat membanjiri pesisir pantai Florida.

Badai itu diperkirakan akan tetap berada pada level kekuatannya saat ini selama beberapa hari ke depan, ungkap Pusat Badai Nasional di Miami. Helene juga merupakan badai Kategori 4 saat mendarat di Florida utara.

Pada hari yang sama, para penyintas Badai Helene yang berada di sepanjang pantai Florida telah diperintahkan untuk mengungsi lagi, setelah pihak berwenang memperingatkan bahwa badai besar lainnya akan meningkat menjadi Kategori 3 dan akan menyebabkan “kerusakan yang sangat parah”.

Sementara itu, tim penyelamat di daerah itu masih terus mencari para korban selamat dari Badai Helene, yang menewaskan lebih dari 225 orang di beberapa negara bagian.

Peringatan gelombang badai kembali diumumkan di beberapa wilayah di Florida ketika Milton bergerak ke arah daratan dengan angin berkecepatan 100 mil (161 kilometer) per jam, kata Pusat Badai Nasional Amerika Serikat dalam peringatan terbarunya pada Senin.

Warga menyiapkan karung pasir yang dibagikan kepada warga Pinellas County menjelang Badai Tropis Milton di Seminole, Florida, Amerika Serikat, 6 Oktober 2024. (Octavio Jones/REUTERS)
Warga menyiapkan karung pasir yang dibagikan kepada warga Pinellas County menjelang Badai Tropis Milton di Seminole, Florida, Amerika Serikat, 6 Oktober 2024. (Octavio Jones/REUTERS)

Kepada stasiun TV CNN, Wali Kota Tampa Jane Castor mengatakan bahwa kota tersebut “masih bersih-bersih usai diterjang Helene” dan bahwa hujan dari badai baru ini akan “cukup parah, ditambah gelombang badai dan kerusakan akibat angin.”

Badai-badai besar—kategori 3 ke atas—berkecepatan angin minimum 111 mil (178 kilometer) per jam, menurut NHC. Badan itu juga memperingatkan “kerusakan parah akan terjadi” bahkan pada rumah-rumah yang dibangun kokoh, sementara “listrik dan air tidak akan tersedia selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah badai berlalu.”

Gubernur Florida Ron DeSantis telah mengumumkan 51 dari 67 daerah di negara bagian tersebut dalam keadaan darurat, dan memperkirakan Milton dapat menimbulkan “dampak yang sangat besar.”

Presiden AS Joe Biden telah menerima informasi tentang Milton dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintahannya sedang mempersiapkan “sumber daya untuk menyelamatkan jiwa.”

Milton diperkirakan akan bergerak ke utara Semenanjung Yucatan dan melintasi Teluk Meksiko bagian selatan pada hari Senin dan Selasa, kata NHC.

NHC juga menambahkan, gelombang badai Milton akan “menaikkan ketinggian air sebanyak 2 hingga 4 kaki (0,6 hingga 1,2 meter) di atas permukaan tanah” di sepanjang pantai Yucatan utara dan menyebabkan “gelombang besar dan merusak”. [br/ka]

Sedikitnya 14 Tewas Akibat Banjir di Bosnia

Kendaraan terendam banjir setelah hujan lebat mengguyur kota Kiseljak, sekitar dua puluh kilometer sebelah barat Sarajevo, 4 Oktober 2024.
Kendaraan terendam banjir setelah hujan lebat mengguyur kota Kiseljak, sekitar dua puluh kilometer sebelah barat Sarajevo, 4 Oktober 2024.

Jablanica, sekitar 70 kilometer (43 mil) barat daya Sarajevo, terdampak paling parah akibat hujan lebat selama 24 jam, yang memutusnya dari dunia luar.

Pihak berwenang mengatakan hujan deras yang membanjiri kota-kota dan memicu tanah longsor, menyebabkan sedikitnya 14 orang tewas di Bosnia pada Jumat (4/10).

Jablanica, sekitar 70 kilometer (43 mil) barat daya Sarajevo, tampaknya terdampak paling parah akibat hujan lebat selama 24 jam, yang memutusnya dari dunia luar.

Media setempat menunjukkan foto-foto tanah longsor mencapai atap rumah-rumah dan foto sebuah masjid yang hanya terlihat menaranya yang mencuat di wilayah Jablanica.

"Hingga saat ini, telah ditemukan 14 mayat korban" di wilayah Jablanica, kata juru bicara Darko Jukan kepada AFP, seraya menambahkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan bertambah.

"Saat ini tidak ada yang dapat masuk atau keluar" Jablanica, kata layanan penyelamatan kota di kawasan gunung yang berpenduduk sekitar 4.000 orang tersebut.

Sejumlah orang dari daerah tersebut dilaporkan hilang, kata pihak berwenang. Beberapa yang terluka dievakuasi dengan helikopter pasukan penjaga perdamaian Uni Eropa (EUFOR).

Pada tengah hari Jumat, situasi paling kritis terjadi di desa Donja Jablanica yang masih terputus, kata juru bicara tersebut.

Beberapa jalan dan jembatan di wilayah tersebut ambruk, katanya.

Di Kiseljak, sekitar 20 kilometer sebelah barat Sarajevo, rumah, kebun, dan mobil terendam air, seorang wartawan AFP melaporkan.

Sebagian besar penduduk Bosnia berisiko terkena banjir besar dan tanah longsor, kata badan perlindungan sipil federal dalam sebuah pernyataan.

Petugas pemadam kebakaran, polisi, dan perusahaan utilitas bekerja di daerah yang terkena dampak. Badan perlindungan sipil federal memperingatkan, perlu lebih banyak bantuan untuk mengurangi konsekuensi badai dan hujan.

Perdana Menteri Bosnia yang berdarah campuran Muslim-Kroasia, Nermin Niksic menulis di platform media sosial X bahwa situasinya "sangat serius karena banyak warga masih terjebak di rumah mereka".

Di negara tetangga Kroasia, otoritas cuaca mengeluarkan peringatan untuk wilayah pantai Adriatik utara, semenanjung Istria, dan bagian tengah negara tersebut yang dilanda hujan lebat.

Dalam sebuah pernyataan, disebutkan bahwa banjir diperkirakan akan melanda perkotaan, mengakibatkan gangguan lalu lintas, komunikasi, listrik, dan pasokan air.

Ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim memperburuk dampak peristiwa cuaca ekstrem.

Hujan deras dan angin kencang telah menyebabkan banjir yang meluas di Eropa tengah dan timur bulan lalu, menewaskan sedikitnya 24 orang dan menghancurkan perkotaan serta desa-desa di wilayah tersebut. [es/ft]

Migrasi Iklim Suku Asli akibat Lelehnya "Permafrost" di Alaska

Migrasi Iklim Suku Asli akibat Lelehnya "Permafrost" di Alaska
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:54 0:00

Amerika Serikat tak luput dari fenomena migrasi iklim, dan salah satunya terjadi di negara bagian Alaska yang identik dengan suhu udara beku. Perubahan iklim memperparah erosi di sebagian wilayah pesisir, memaksa warga dari suku asli untuk pindah ke wilayah lebih aman.

Pakar: Hutan Amazon Terancam Hilang Sepenuhnya Akibat Karhutla 

Sejumlah area dari hutan Amazon yang terdampak oleh kebakaran hutan di wilayah Ucayali, Peru, dalam foto yang diambil dari udara pada 17 September 2024. (Foto: AFP/Hugo La Rosa)
Sejumlah area dari hutan Amazon yang terdampak oleh kebakaran hutan di wilayah Ucayali, Peru, dalam foto yang diambil dari udara pada 17 September 2024. (Foto: AFP/Hugo La Rosa)

Setahun yang lalu, Carlos Nobre, salah satu ilmuwan iklim terkemuka Brazil, menjadi satu dari sedikit orang yang menyuarakan optimisme mengenai masa depan planet Bumi.

Salah satu pakar hutan hujan Amazon berusia 73 tahun itu memuji fakta bahwa “untuk pertama kalinya, seluruh pemimpin di kawasan ini bergerak untuk menemukan solusi bagi hutan ini” pada sebuah konferensi tingkat tinggi di Brazil utara.

Akan tetapi, kini, ia memperingatkan bahwa hutan terbesar di dunia, yang dilalap kebakaran hutan terburuk akibat kekeringan dalam puluhan tahun terakhir, berada dalam bahaya eksistensial.

Planet Bumi terancam “kehilangan hutan Amazon,” ujarnya dalam wawancara dengan kantor berita AFP.

Gelombang kebakaran hutan yang mencetak rekor dan dipicu oleh kekeringan parah, yang tak lepas dari pengaruh perubahan iklim dan penggundulan hutan, menyebabkan malapetaka di seluruh Amerika Selatan.

Kekeringan terburuk di Brazil dalam beberapa puluh tahun terakhir telah mengakibatkan kebakaran hutan terbesar dalam lebih dari satu dekade terakhir, dan menyebabkan 80 persen wilayah Brazil diselimuti asap.

Meskipun beberapa negara, termasuk Kanada, secara rutin menghadapi kebakaran hutan dahsyat, bencana di negara-negara tersebut seringkali disebabkan oleh sambaran petir alami yang dengan cepat merembetkan api di tengah vegetasi yang kering, kata Nobre.

Sedangkan di Amazon, sebagian besar kebakaran dipicu oleh aktivitas ilegal manusia untuk kepentingan pertanian.

“Para penjahat itu sadar bahwa satelit hanya akan mendeteksi kebakaran saat api menyebar hingga luasan 30 atau 40 meter persegi."

“Ini memberi mereka waktu untuk kabur dari lokasi sebelum ditangkap,” tambahnya.

Tidak linear

Februari lalu, pemantau iklim Eropa Copernicus mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya dalam catatan, suhu bumi selama 12 bulan berturut-turut berada pada tingkat 1,5 derajat Celsius lebih panas daripada era praindustri. Hal itu empat tahun lebih awal daripada prediksi semula.

Pemandangan kebakaran hutan Amazon dari wilayah perkebunan terdekat di Labrea, negara bagian Amazonas, Brazil, pada 4 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)
Pemandangan kebakaran hutan Amazon dari wilayah perkebunan terdekat di Labrea, negara bagian Amazonas, Brazil, pada 4 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)

Para pakar telah memperingatkan peristiwa cuaca ekstrem akan sangat meningkat tajam saat suhu Bumi sudah 1,5 derajat Celsius lebih hangat daripada era praindustri.

“Peningkatannya tidak lambat dan linear,” kata Nobre.

“Pada tahun 2024, kita sudah melihat betapa frekuensi fenomena ekstrem menjadi semakin sering terjadi dan memecahkan rekor,” imbuhnya, sambil menambahkan bahwa peningkatan “gelombang panas, hujan lebat, kekeringan dan kebakaran hutan” merupakan contoh-contoh peristiwa cuaca ekstrem yang telah semakin sering terjadi di beberapa wilayah di Bumi.

Dari hutan menjadi sabana?

Nobre memperingatkan bahwa kebakaran yang menghabiskan sebagian besar hutan Amazon berisiko mempercepat transisinya menjadi padang rumput sabana kering.

“Jika pemanasan global berlanjut dan kita tidak menghentikan sepenuhnya penggundulan, degradasi dan kebakaran hutan, maka pada tahun 2050 kita akan melewati titik di mana kita tidak bisa memulihkan itu semua,” ia memperingatkan.

“Dalam 30 hingga 50 tahun, kita akan kehilangan sedikitnya 50 persen wilayah hutan,” ungkapnya.

Peningkatan suhu hingga 2,5 derajat Celsius pada tahun 2050 akan memicu titik kritis baru, jelasnya, termasuk “kehilangan hutan Amazon” sepenuhnya.

Beberapa langkah yang ia kampanyekan untuk mengurangi pemanasan iklim adalah dengan mempercepat transisi ke energi terbarukan dan penanaman massal pepohonan di kota-kota untuk berperan sebagai spons yang menyerap karbon dioksida.

Pepohonan dapat membantu menurunkan suhu perkotaan hingga 4,5 derajat Celsius dan juga meningkatkan kelembapan.

“Spons perkotaan merupakan solusi yang sangat penting di seluruh dunia.” [rd/uh]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG