Komisi yang dibentuk pemerintah itu menyebutkan bahwa mayoritas dokter di negara itu tidak pernah mendapat cukup pelatihan dan infrastruktur di semua lembaga yang melatih para dokter tidak memadai atau tidak ada. Laporan itu mengatakan pelayanan kesehatan di negara itu sangat buruk dan banyak pasien meninggal karenanya.
Perempuan yang mengalami patah kaki karena kecelakaan motor menjerit meminta pertolongan medis di Central Hospital, salah satu Rumah Sakit terbesar di Yaounde.
Tapi tidak seorangpun yang memperdulikannya. Pemandangan ini yang biasa dijumpai di sebagian besar RS di Kamerun dimana pasien dibiarkan saja.
Di dekatnya seorang perempuan usia 55 tahun, Akenji Rise datang untuk melapor pada pejabat RS itu bahwa ia telah ditipu oleh seorang dokter yang menyarankan operasi yang tidak perlu pada perutnya.
“Saya dioperasi dan tidak melihat apa yang diangkat dari perut saya. Mereka melakukan pembedahan, menagih biaya, menjahitnya kembali dan merawat luka itu. Harus ada tindakan yang serious,” papar Akenji.
Keluhan yang bertubi-tubi memaksa pemerintah Kamerun membentuk sebuah komisi untuk menemukan masalah-masalah yang menghambat sistim layanan kesehatan.
Laporan komisi yang dirilis hari Senin itu mengatakan bahwa lembaga-lembaga pelatihan untuk staff medis kekurangan infrastruktur dan laboratorium dan sebagian besar orang yang menjadi staf medis bukan karena mereka mencintai profesi medis tapi karena perlu pendapatan untuk hidup di negara dimana pengangguran mencapai 70 % itu.
Dr. Nick Ngwanyam yang mengelola lembaga pelatihan bagi staf medis mengakui bahwa lembaganya bekerja dengan kondisi yang sangat buruk.
“Kami kekurangan laboratorium, pelatih, banyak program tidak memadai, praktek yang tidak cukup, dan mereka banyak mendapat teori dan yang paling parah dari seluruh fakultas kedokteran di Kamerun, tidak satupun yang mengajarkan anatomi dan psikologi sebagaimana mestinya,” kata Dr. Nick Ngwanyam.
Masalah lain yang ditekankan dalam temuan itu adalah banyak warga Kamerun yang bekerja sebagai dokter mendapat pendidikan yang meragukan di luar negeri.
Ketua komisi yang mengeluarkan temuan-temuan itu mengatakan akan ada peninjauan menyeluruh mengenai pelatihan bagi petugas kesehatan di Kamerun.
Profesor Wilfred Gapsia, seorang pejabat yang membawahi pelatihan akademis dan profesional di Kementrian Pendidikan Tinggi Kamerun mengatakan kepada VOA pemerintah juga menutup lembaga-lembaga yang tidak memenuhi syarat.
Dr. Ngwanyam memperkirakan negara itu memerlukan sekitar 8000 dokter yang memenuhi syarat, sasaran yang sulit dicapai mengingat kondisi yang ada sekarang ini.
Dewan Kedokteran Nasional Kamerun berpendapat meskipun kondisi tersebut tidak menggembirakan masih ada dokter-dokter yang bertekad mengabdi di negara itu.
Perempuan yang mengalami patah kaki karena kecelakaan motor menjerit meminta pertolongan medis di Central Hospital, salah satu Rumah Sakit terbesar di Yaounde.
Tapi tidak seorangpun yang memperdulikannya. Pemandangan ini yang biasa dijumpai di sebagian besar RS di Kamerun dimana pasien dibiarkan saja.
Di dekatnya seorang perempuan usia 55 tahun, Akenji Rise datang untuk melapor pada pejabat RS itu bahwa ia telah ditipu oleh seorang dokter yang menyarankan operasi yang tidak perlu pada perutnya.
“Saya dioperasi dan tidak melihat apa yang diangkat dari perut saya. Mereka melakukan pembedahan, menagih biaya, menjahitnya kembali dan merawat luka itu. Harus ada tindakan yang serious,” papar Akenji.
Keluhan yang bertubi-tubi memaksa pemerintah Kamerun membentuk sebuah komisi untuk menemukan masalah-masalah yang menghambat sistim layanan kesehatan.
Laporan komisi yang dirilis hari Senin itu mengatakan bahwa lembaga-lembaga pelatihan untuk staff medis kekurangan infrastruktur dan laboratorium dan sebagian besar orang yang menjadi staf medis bukan karena mereka mencintai profesi medis tapi karena perlu pendapatan untuk hidup di negara dimana pengangguran mencapai 70 % itu.
Dr. Nick Ngwanyam yang mengelola lembaga pelatihan bagi staf medis mengakui bahwa lembaganya bekerja dengan kondisi yang sangat buruk.
“Kami kekurangan laboratorium, pelatih, banyak program tidak memadai, praktek yang tidak cukup, dan mereka banyak mendapat teori dan yang paling parah dari seluruh fakultas kedokteran di Kamerun, tidak satupun yang mengajarkan anatomi dan psikologi sebagaimana mestinya,” kata Dr. Nick Ngwanyam.
Masalah lain yang ditekankan dalam temuan itu adalah banyak warga Kamerun yang bekerja sebagai dokter mendapat pendidikan yang meragukan di luar negeri.
Ketua komisi yang mengeluarkan temuan-temuan itu mengatakan akan ada peninjauan menyeluruh mengenai pelatihan bagi petugas kesehatan di Kamerun.
Profesor Wilfred Gapsia, seorang pejabat yang membawahi pelatihan akademis dan profesional di Kementrian Pendidikan Tinggi Kamerun mengatakan kepada VOA pemerintah juga menutup lembaga-lembaga yang tidak memenuhi syarat.
Dr. Ngwanyam memperkirakan negara itu memerlukan sekitar 8000 dokter yang memenuhi syarat, sasaran yang sulit dicapai mengingat kondisi yang ada sekarang ini.
Dewan Kedokteran Nasional Kamerun berpendapat meskipun kondisi tersebut tidak menggembirakan masih ada dokter-dokter yang bertekad mengabdi di negara itu.