Jepang mencatat 941 ribu kelahiran pada 2017, jumlah bayi baru lahir terendah sejak pencatatan kelahiran dimulai satu abad lalu, kata Kementerian Kesehatan Jepang pekan lalu.
Angka ini menunjukan Jepang menghadapi jumlah populasi yang makin mengecil dan menua.
Jumlah kelahiran tahun ini turun 4 persen dibandingkan tahun lalu dan terendah sejak pemerintah mulai mencatat data kelahiran pada 1899, kata kementerian.
“Penurunan disebabkan jumlah perempuan usia memiliki anak, kelompok umur 25 hingga 39 tahun, terus menurun,” kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan.
Jumlah kematian kemungkinan besar akan naik sebanyak 3 persen dari tahun lalu, menjadi 1,34 juta. Angka ini adalah jumlah kematian terbesar setelah Perang Dunia ke-2 yang mengakibatkan penurunan populasi secara alami terbesar sebanyak 403 ribu, kata kementerian.
Angka ini juga tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di Jepang, yang menyumbang 1 persen dari total populasi negara Matahari Terbit itu. Jepang memiliki 125 juta penduduk, tidak termasuk warga negara asing.
Pemerintah Jepang telah bertahun-tahun mendorong para keluarga untuk memiliki lebih banyak anak. Namun jumlah penduduk tetap saja menurun dan populasi manula bertambah. Jepang juga enggan membuka imigrasi dan banyak warga Jepang bangga dengan homogenitas budaya mereka.
Penduduk berusia 65 tahun atau lebih tua menyumbang 27,2 persen dari populasi Jepang, rasio tertinggi yang tercatat, menurut data yang dirilis pada Juli. Sedangkan penduduk berusia 14 tahun atau lebih muda, turun ke titik terendah menjadi 12,7 persen. [fw]