Tautan-tautan Akses

Kirim Bantuan, UNHCR Puji Penanganan Bencana di Sulawesi Tengah


Kantor UNHCR (Badan PBB Urusan Pengungsi) di Jenewa, Swiss.
Kantor UNHCR (Badan PBB Urusan Pengungsi) di Jenewa, Swiss.

Berikut adalah ringkasan dari pernyataan juru bicara UNCHR Charlie Yaxley pada press briefing hari Jumat (19/10) di Palais des Nations di Jenewa.

Hari Jumat (19/10) pagi, UNHCR (Badan PBB Urusan Pengungsi) mengirim 435 tenda darurat ke Balikpapan, Indonesia, untuk dibagi-bagikan kepada para keluarga yang kehilangan tempat tinggal mereka akibat gempa dan tsunami baru-baru in di Sulawesi Tengah. Secara keseluruhan 1.305 tenda akan dikirim dalam beberapa hari ini.

Bantuan selebihnya termasuk tambahan tenda darurat, tikar untuk tidur, kelambu dan lampu bertenaga surya, akan dikirim dalam beberapa minggu ini.

Tenda-tenda itu telah diserahterimakan kepada otorita Indonesia di Balikpapan yang membantu pengiriman tenda-tenda itu ke Pulau Sulawesi. Di sana tenda-tenda itu akan bagi-bagikan oleh mitra-mitra UNHCR di lapangan, Palang Merah Indonesia (PMI) dan Yayasan Kemanusiaan Muslim Indonesia.

Kesimpulan resmi dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) memperkirakan sekitar 68.000 rumah telah rusak akibat gempabumi dan tsunami itu, sementara 80.000 orang telah menjadi pengungsi. Pengiriman pendahuluan tersebut akan bantu menyediakan tempat penampungan yang sangat diperlukan bagi sekitar 6.500 orang yang paling rentan terkena dampak bencana itu.

UNHCR memuji Pemerintah Indonesia dan para pertugas kemanusiaan yang bekerja terus-menerus tanpa lelah sebagai tim penyelamat pertama di daerah-daerah yang terimbas gempa dan tsunami itu dalam tiga minggu ini.

Awal pekan ini, salah satu tim UNHCR berkunjung ke Palu di Sulawesi Tengah, salah satu daerah yang dampak gempa dan tsunami itu paling dahsyat, untuk berkoordinasi dengan para mitra pemerintah, dan melakukan persiapan pendahuluan.

Staf kami menguraikan dampak gempa dan tsunami itu sebagai “sangat parah” dan “meluluhlantakkan”. Berbagai komunitas telah melihat sendiri rumah-rumah mereka, sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit menjadi puing-puing. Desa-desa secara menyeluruh lenyap tak berbekas.

Di Petobo dan Balaroa, bencana kembar itu melumatkan kedua daerah itu menjadi lumpur. Banyak orang yang kehilangan bukan hanya rumah-rumah mereka, tetapi juga tanah di mana dulu rumah-rumah mereka berdiri.

Banyak korban selamat mengalami kepiluan yang amat sangat, meskipun mereka tetap gigih dan sangat tabah, sementara penduduk saling menolong satu sama lain kapan mereka bisa dan saling berbagi pengalaman mereka. Seorang wanita mengatakan dia merasa “beruntung” bahwa ia hanya kehilangan ayahnya, sementara suami dan putra mereka selamat.

Seorang wanita lainnya memberitahu staf kami bahwa ia mendatangi rumah keluarganya untuk melihat barang-barang apa saja yang bisa diselamatkan tetapi semuanya sudah hancur, kecuali satu tikar untuk tidur. Lainnya melaporkan karena trauma yang mereka alami akibat gempabumi dan tsunami itu mereka tidak sanggup untuk melihat apa yang masih tertinggal di rumah mereka,

Sulawesi Tengah diterjang serangkaian gempa bumi berkekuatan tinggi tanggal 28 September, memicu tsunami dan mengakibatkan tanah longsor yang menimbulkan kerusakan dasyat. Lebih dari 2,000 orang diperkirakan meninggal, sementara keberadaan 680 orang lagi belum diketahui.

Demikian ringkasan pernyataan juru bicara UNHCR Charlie Yaxley pada konferensi pers hari Jumat (19/10) di Palais des Nations, Jenewa.

Untuk keterangan lebih lanjut mengenai topik ini, silahkan hubungi:

Di Jenewa, Charlie Yaxley, yaxley@unhcr.org +41 795 808 702, dan di Jakarta, Mitra Suryono, suryono@unhcr.org +62 811 136 1046 [is]

XS
SM
MD
LG