Perayaan Paskah bersama umat Kristiani yang bermukim di Washington, D.C., dan sekitarnya, termasuk dari negara bagian Maryland dan Virginia, pada 28 April lalu terselenggara dengan meriah.
Acara yang diprakarsai dan difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia itu diselenggarakan di Wisma Indonesia – kediaman resmi Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat – yang indah dan asri. Perayaan Paskah bersama itu semakin semarak dengan partisipasi oleh rombongan mahasiswa Papua yang kini sedang menempuh studi di George Mason University di Fairfax, Virginia, di pinggiran Washington, D.C. Acara pada Minggu malam itu – yang diselenggarakan sehari setelah perayaan Isra Mi’raj yang juga sangat meriah di tempat yang sama oleh masyarakat Muslim Indonesia di Washington, D.C. dan sekitarnya – dihadiri oleh sedikitnya 300 umat Kristiani dan undangan, termasuk para tokoh Indonesia dari agama-agama lain – Islam, Hindu, dan Buddha.
Ketua panitia, Tonny Kansil, menyatakan rasa syukur dan kepuasannya bahwa kehadiran saudara-saudara dari iman dan kepercayaan berbeda itu merupakan manifestasi upaya merajut tali silahturami dengan semangat persaudaraan dan kebersamaan masyarakat Indonesia di perantauan.
Dalam acara itu sekaligus diresmikan berdirinya Perhimpunan Masyarakat Kristen Indonesia (PMKI) di Washington, D.C. dan sekitarnya, dan pelantikan pengurusnya, yang diketuai oleh Tonny Kansil dengan Viktor Pattianakotta selaku wakilnya.
Dalam pesannya, Pendeta Tony Tanos di antaranya menyatakan betapa pentingnya Paskah bagi iman Kristen. Dikatakan bahwa Paskah merupakan pengukuhan lengkap dari semua yang diajarkan dalam pelayanan Yesus Kristus, sehingga Yesus bukan sekedar guru atau Rabi biasa. Dia mengatakan, tanpa Paskah, kekristenan bukanlah apa-apa dan mungkin tidak ada.
Pendeta Tanos juga mengatakan bahwa umat Kristiani harus terus berbuat kebaikan kepada seluruh umat manusia, tidak hanya dengan mereka yang ada dalam lingkungan kita tetapi juga menjangkau ke luar lingkaran dengan semangat kerjasama tanpa memandang asal usul dan latar belakangnya, apa pun agama, ras dan warna kulitnya.
Dia menambahkan, “Paskah memampukan kita berdiri teguh dan terus melayani semua orang, tanpa terkecuali. Peristiwa Paskah mengingatkan bahwa Tuhan Allah mengasihi semua ciptaan-Nya, dan menghendaki agar semua ciptaan-Nya hidup bahagia. Karya penyelamatan Tuhan Allah di dunia, memberikan inpirasi dan spirit bagi kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Paskah memotivasi kita untuk mengembangkan semangat kesetiakawan sosial kepada semua sesama, tanpa perbedaan, yang masih dibelenggu oleh kebodohan, penindasan, dan penderitaan.”
Sementara itu, dalam kata sambutannya Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Mahendra Siregar mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia di Amerika – apa pun warna paspornya – agar tetap mencintai tanah air dan selalu berusaha membela dan mempromosikan Indonesia.
“Stand tall; Stand your ground. Jangan terlalu low profile, kecuali di antara kita sendiri,” ujar Dubes Mahendra Siregar yang secara resmi menjabat sejak awal bulan April. Dia mengajak segenap masyarakat Indonesia di Amerika dengan bangga dan percaya diri berbicara dan mempromosikan kehebatan dan prestasi Indonesia.
Duta Besar Siregar juga minta masyarakat Indonesia di Amerika gagah berani membela Indonesia, menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ke-empat di dunia yang baru saja berhasil melaksanakan pesta demokrasi pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden yang disebutnya paling rumit dan terbesar di dunia dari segi jumlah penduduk dengan hak pilih dan tingkat partisipasi mereka.
“It’s the largest presidential democracy in the world by any conceivable measures,” ujarnya.
Dubes karir itu mengingatkan tentang keberhasilan Indonesia bertahan dan lolos dari krisis keuangan Asia terlepas dari kenyataan bahwa Indonesia adalah negara yang paling terpukul dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia. Dia menambahkan bahwa walaupun krisis itu menyebabkan gejolak ekonomi dan mendatangkan implikasi politik dan sosial yang signifikan, Indonesia berhasil mentas dari kemelut itu dan sampai pada kondisi saat ini yang membanggakan.
Dubes Mahendra Siregar dengan sigap mengambil sendiri Bendera Merah Putih, yang kemudian segera dibantu dengan cekatan oleh Wakil Duta Besar (DCM) Iwan Freddy Hari Susanto dan Atase Pertahanan (Athan) Marsma. Joko Takarianto, dan mengajak semua yang hadir untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Warga menyambut hangat ajakan itu dan ikut menyanyi dengan khidmat, dan penuh semangat.
Acara Paskah bersama itu juga dimeriahkan oleh berbagai persembahan, termasuk paduan suara Keluarga Katolik Indonesia, tari-tarian daerah oleh ibu-ibu yang tergabung dalam paguyuban Matuari, dan pentas yang mengundang apresiasi dan tepuk tangan pengunjung oleh sebuah vokal grup antar-agama (interfaith) yang diikuti oleh wakil-wakil dari berbagai agama, termasuk Islam, Hindu, Buddha, serta Kristen dan Katolik, yang melantunkan sebuah lagu ciptaan Chrisye dengan rendisi yang pas.
Yang tidak kalah menarik adalah penampilan oleh rombongan mahasiswa Papua di bawah asuhan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Popy Rufaidah dengan vokal group dan tarian poco-poco yang menarik partisipasi umat yang hadir untuk berdiri dan ikut menari. Rombongan mahasiswa ini sedang menempuh studi di George Mason University di Fairfax, Virginia di luar kota Washington DC.
Kepada VOA, beberapa hadirin menyatakan rasa puas dengan acara berdurasi selama sekitar tiga jam itu, yang tidak melulu mengedepankan suasana religi, tetapi juga disemarakkan dengan berbagai pentas musik dan tari, dan berbagai lomba khusus untuk anak-anak, serta diakhiri dengan sajian makanan khas Indonesia yang disajikan dengan apik sesuai tema kebinekaan etnis di Indonesia.
Maria, salah seorang tamu dalam acara itu mengatakan, “Mantap betul acaranya. Setelah menerima siraman rohani dari pak pendeta dan mendapat bekal pesan dari Pak Dubes yang orangnya patut kita banggakan, kita mendapat hidangan yang luar biasa pula.”
Hidangan pada sesi ramah tamah tidak hanya mengundang selera tetapi juga memenuhi rasa kangen akan masukan khas Indonesia yang disajikan di gubuk-gubuk ala Indonesia. “Bayangkan, ini di Amerika tapi kita bisa menikmati berbagai pilihan masakan khas tanah air yang rasanya tidak berbeda jauh dari asalnya. Tambah lagi, gubuk-gubuknya itu lho, lain dari yang lain. Suasananya terasa seperti di kampung,” tambahnya.
Masakan yang disajikan termasuk gudeg, ayam rica, ayam saksang, sate lilit berikut trancam, nasi Padang, dan tidak ketinggalan bakso-bakwan. Hiasan pada gubuk-gubuk tempat penyajian hidangan dibuat sesuai tema etnis asal makanan untuk menghadirkan suasana dan nuansa khas Indonesia.
Selama ibadah berlangsung, anak-anak diberi kegiatan terpisah, termasuk mencari telur, mendorong telur, dan melukis pada telur, di samping berbagai permainan dan ibadah tersendiri.
Pak Syarif, pegawai KBRI yang sudah bertugas puluhan tahun sebagai personil keamanan untuk acara-acara sejenis, menyampaikan kepada Theodorus Satrio Nugroho, Minister Counselor, bahwa perayaan Paskah bersama yang dimotori oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, D.C., kali ini dihadiri oleh jumlah peserta terbanyak, tetapi berjalan sangat tertib dan efisien, meriah, mengesankan dan tidak merepotkan. (lt)