Selama lebih dari dua jam 36 uskup yang berkarya di wilayah Gereja Katholik se-Indonesia berdialog langsung dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Berbagai hal dibahas dalam pertemuan yang dikenal sebagai “Ad Limina Apostolorum” dan dihadiri oleh sejumlah pimpinan lembaga dalam struktur Takhta Suci Vatikan itu, termasuk soal memperkuat hubungan dengan pemimpin dan umat beragama lain.
Diwawancarai VOA melalui telepon hari Jumat pagi (14/6), Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia KWI yang juga Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharya Pr. mengatakan pertemuan dan diskusi berlangsung sangat intensif.
“Salah satu yang beliau (Paus.red) tekankan adalah dokumen Abu Dhabi yang ditandatanganinya awal Februari lalu bersama Imam Besar Al Azhar. Dokumen itu mendapat tanggapan sangat baik juga dari para pemimpin umat Muslim... Kami diminta Paus menggunakan naskah itu untuk menyampaikan pada umat di tataran akar rumput agar dapat diterapkan," ungkapnya.
Dengan bergandengan tangan Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayeb menandatangani deklarasi bersejarah yang mengatasnamakan seluruh korban perang, persekusi dan ketidakadilan di dunia itu pada awal Februari lalu di Abu Dhabi.
Deklarasi persaudaraan itu menegaskan komitmen Al Azhar dan Vatikan untuk bekerjasama memerangi ekstremisme.
"Kami dengan tegas menyatakan agama tidak boleh digunakan untuk menghasut terjadinya perang, kebencian, permusuhan dan ekstremisme, juga untuk memicu aksi kekerasan atau pertumpahan darah.”
Bagian Deklarasi: Tuhan Tidak Perlu Dibela Siapapun
Bagian penting dokumen itu mendorong semua pihak untuk “menahan diri menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan tindakan pembunuhan, pengasingan, terorisme dan penindasan.
"Kami meminta ini berdasarkan kepercayaan kami bersama pada Tuhan, yang tidak menciptakan manusia untuk dibunuh atau berperang satu sama lain, tidak untuk disiksa atau dihina dalam kehidupan dan keadaan mereka. Tuhan, Yang Maha Besar, tidak perlu dibela oleh siapa pun dan tidak ingin namaNya digunakan untuk meneror orang.”
Para Uskup Sampaikan Keistimewaan Indonesia
Mgr. Ignatius Suharya Pr. yang menjadi pemimpin delegasi uskup Indonesia dalam lawatan ke Vatikan sejak awal minggu ini mengatakan kepada VOA bagaimana ke-36 uskup yang ada menyampaikan betapa keistimewaan Indonesia.
“Kami menyampaikan bahwa Indonesia ini negara yang istimewa karena terdiri dari banyak kelompok etnis, bahasa, dan pulau; tetapi Tuhan mempersatukan semuanya menjadi satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Kami lihat sendiri di meja kerja beliau ada map besar tentang Indonesia, berarti beliau sungguh-sungguh ingin tahu Indonesia seperti apa,” ujarnya.
Cairkan Suasana Dialog, Paus Sesekali Bergurau
Dalam kesempatan itu disampaikan pula undangan agar Paus berkenan melawat ke Jakarta. Salah seorang uskup, menurut Suharya, mengatakan ia hampir pensiun karena faktor usia, tetapi akan sangat senang jika Paus datang dan berkunjung ke daerah-daerah lain selain yang selama ini dikenal dunia.
“Jangan hanya datang ke tempat-tempat yang biasa dikunjungi seperti Jawa, Sumatera, atau Nusa Tenggara Barat NTB. Silahkan berkunjung ke Kalimantan, ujar uskup itu. Paus dengan bergurau mengatakan ‘kalau begitu kamu jangan pensiun dulu, tunggu saya datang ke Kalimantan!’ dan kami semua tersenyum,” tutur Suharya.
Paus Fransiskus yang dikenal rendah hati dan suka bergurau ini mencairkan suasana dialog menjadi sangat akrab. Seusai dialog, ia menyalami satu per satu para uskup dari Indonesia dan memberikan bingkisan kecil.
Ketika menyalami salah seorang uskup yang menyapanya dengan suara serak, Paus dengan senyum hangat mengatakan “semoga Tuhan menyembuhkan suaramu.”
“Ad Limina Apoltolorum” Beri Kesempatan Berdialog Rutin dengan Paus
Secara terpisah melalui telepon Romo Aloysius Budi Purnomo Pr. mengatakan kepada VOA bahwa pertemuan “Ad Limina Apostolorum” diambil dari nama praktik ziarah kuno yang secara harafiah berarti “hingga ke ambang (atau makam) St. Petrus dan Paulus di Roma.”
“Uskup suatu keuskupan diharuskan melakukan kunjungan ini setiap lima tahun, sebagai tanda persekutuannya dengan Paus dan Takhta Suci serta untuk melaporkan kondisi keuskupannya. Pada kesempatan Ad Limina setiap uskup diharapkan memberikan laporan mendalam tentang situasi dan perkembangan keuskupan masing-masing. Paus lalu akan berbicara langsung untuk menawarkan perspektifnya tentang tantangan yang dihadapi gereja di keuskupan itu,” ujar Romo Aloysius.
Pertemuan rutin “Ad Limina Apostolorum” terakhir dilangsungkan tahun 2011 pada masa Paus Benediktus. Pertemuan lima tahun sekali ini sedianya diadakan pada tahun 2016, tetapi karena berbagai hal baru dapat diselenggarakan lagi tahun ini, yaitu pada 8 – 16 Juni.
Dalam unggahan pribadi di Instagram, Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko mengajak seluruh umat Katholik Indonesia mendoakan kelancaran pertemuan ini.
Tindaklanjuti “Ad Limina,” KWI Akan Gelar Pertemuan di Bandung
Menutup pembicaraan dengan VOA, Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia KWI yang juga Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharya Pr. Mengatakan KWI berencana akan menindaklanjuti lawatan ini dan sekaligus mengupas deklarasi persaudaraan yang disepakati pemimpin tertinggi Gereja Katholik Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayeb ini dalam pertemuan khusus di Bandung, awal November nanti. (em)