Presiden Iran memperingatkan bahwa Teheran akan meningkatkan pengayaan uraniumnya menjadi "jumlah berapa pun yang kami inginkan" dimulai pada Minggu (6/7).
Langkah tersebut memberi tekanan lebih lanjut kepada negara-negara Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklirnya yang goyah dan mencari jalan keluar dari seputar sanksi AS.
Dilansir kantor berita Associated Press, ancaman Presiden Iran Hassan Rouhani ditambah dengan pengayaan nuklir Iran yang melampaui batas dari yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015, bisa memperpendek perkiraan waktu satu tahun yang diperlukan untuk memproduksi bahan yang cukup untuk membuat senjata nuklir. Iran membantah hal itu.
Tetapi ketika ketegangan meningkat setahun setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari kesepakatan itu, tampaknya Eropa tidak mungkin menawarkan Iran cara untuk menjual minyaknya di pasar dunia meskipun ada sanksi-sanksi dari AS.
Semua ini terjadi setelah AS meluncurkan sebuah kapal induk, pesawat pembom B-52 dan pesawat tempur F-22 ke wilayah tersebut dan Iran baru-baru ini menembak pesawat pengintai nirawak militer AS.
Iran, Rabu (3/7), juga menperingati penembakan Angkatan Laut AS terhadap sebuah jet penumpang Iran pada 1988. Insiden salah tembak itu menewaskan 290 orang dan menunjukkan bahaya atas salah perhitungan dalam krisis saat ini. [ps/ft]