Wakil Presiden Amerika Mike Pence memuji kesepakatan yang diraihnya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara. Kesepakatan itu adalah gencatan senjata sementara bagi serangan militer Turki terhadap pejuang Kurdi di Suriah Utara.
Namun, sebagian mantan pejabat keamanan nasional dan anggota Kongres Amerika menolak kesepakatan itu, dan mengkritik pemerintahan Trump karena meninggalkan sekutu lamanya, Kurdi, yang berjuang sebagai bagian penting dari koalisi melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Serangan militer Turki terhadap Kurdi di Suriah Utara, dilancarkan setelah percakapan antara Presiden Amerika Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikecam secara luas oleh anggota Kongres di Amerika Serikat dan oleh para pemimpin lainnya di seluruh dunia.
Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menuju Turki hari Kamis (17/10) untuk mendesak Erdogan menghentikan serangan itu. Setelah berjam-jam terlibat dalam perundingan, Pence memberikan pernyataan.
“Dan hari ini, saya bangga melaporkan bahwa berkat kepemimpinan kuat Presiden Donald Trump dan hubungannya yang kuat dengan Presiden Erdogan, antara Turki dan Amerika Serikat, hari ini Amerika Serikat dan Turki telah sepakat untuk gencatan senjata di Suriah," kata Mike Pence.
Wakil Presiden Pence mengatakan Turki setuju untuk menghentikan serangannya selama lima hari, sementara Amerika memfasilitasi penarikan pejuang Kurdi dari wilayah luas yang membentang dari perbatasan Turki hingga sejauh 32 kilometer ke dalam wilayah Suriah. Dia mengatakan langkah itu akan menyelamatkan banyak nyawa.
Namun Senator Republik Mitt Romney mengutuk kesepakatan itu di lantai Senat. Ia mengatakan langkah itu memformalkan niat Amerika meninggalkan sekutunya, Kurdi, yang telah ikut mengalahkan teroris ISIS.
"Apakah tidak ada peluang untuk diplomasi? Apakah kita begitu lemah dan tidak kompeten secara diplomatis sehingga Turki memaksa Amerika Serikat?” kata Mitt Romney.
Mantan utusan khusus presiden Amerika untuk koalisi untuk mengalahkan ISIS, Brett McGurk, mengundurkan diri pada Desember lalu sebagai protes atas keputusan Trump untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah. Ia mengirim cuitan di Twitter untuk menyatakan penolakannya terhadap kesepakatan hari Kamis itu.
Kesepakatan tersebut dianggapnya sebagai pengkhianatan terhadap suku Kurdi. Dia juga menyatakan bahwa kesepakatan “tidak akan dapat dilaksanakan.” [lt/uh]