Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan siap mengerahkan tentara ke Libya menyusul pengumuman perjanjian keamanan dengan pemerintah Libya. Turki secara aktif berupaya memperluas pengaruhnya di seluruh kawasan Laut Tengah sementara perebutan sumber daya energi di kawasan itu meningkat.
"Jika Libya mengajukan permintaan, kita akan mengirim pasukan dalam jumlah yang memadai," kata Erdogan Selasa dalam sebuah pidato kepada mahasiswa di Ankara. "Setelah penandatanganan perjanjian keamanan, tidak ada hambatan" tambahnya.
Awal bulan ini, dalam apa yang dipandang banyak analis sebagai langkah mengejutkan, Ankara mencapai dua perjanjian dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli.
"Wajar jika pemerintah Libya mengundang Turki memberikan bantuan untuk mengerahkan pasukan Turki sesuai dengan perjanjian ini. Ini sepenuhnya normal," kata mantan duta besar Turki Mithat Rende. "Karena ada begitu banyak negara yang terlibat. Jenderal Haftar ini sangat didukung oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Perancis, dan setahu saya Federasi Rusia."
Khalifa Haftar, pemimpin de facto Libya timur, saat ini sedang berjuang melawan pasukan GNA untuk menguasai Libya. Komitmen Ankara kepada pemerintah Libya yang berbasis di Tripoli bisa membuat Turki bentrok dengan Moskow. Erdogan Selasa mengatakan permintaan apapun untuk dukungan militer bisa menjadi tanggapan terhadap kehadiran "tentara bayaran Rusia, Wagner."
Wagner Group adalah pasukan keamanan swasta yang dijalankan oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang dilaporkan dekat dengan Kremlin. [my/rw]