Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam lawatannya ke Pakistan, Jumat (14/2) mengulangi tentangan kerasnya terhadap prakarsa perdamaian Timur Tengah yang baru-baru ini diumumkan Presiden AS Donald Trump, dengan mencelanya sebagai suatu “proyek pendudukan.”
Dalam pidatonya pada sidang khusus di parlemen Pakistan, Erdogan mengatakan bahwa bagi negaranya, melindungi Yerusalem merupakan “suatu limit yang tidak boleh dilanggar” dan Ankara tidak akan pernah meninggalkan kota suci itu di bawah Israel yang disebutnya negara penyerbu.
“Kami menanggapi dengan kuat dan akan terus memberikan respons terkuat terhadap rencana pendudukan, aneksasi dan penghancuran oleh pemerintah AS,” kata pemimpin Turki itu.
Rencana perdamaian yang diumumkan dua pekan silam itu menyatakan Israel akan tetap mempertahankan seluruh Yerusalem, berikut tempat-tempat suci untuk warga Yahudi, Kristen dan Muslim. Rencana ini akan memungkinkan Israel untuk langsung mencaplok sebagian besar wilayah pendudukan Tepi Barat, termasuk permukiman-permukiman Yahudi yang dianggap ilegal oleh Palestina dan sebagian besar masyarakat internasional. Palestina menanggapi dengan marah proposal tersebut.
“Apa yang disebut sebagai ‘Perjanjian Abad ini’ bukanlah proyek perdamaian, tetapi pada kenyataannya adalah proyek pendudukan,” kata Erdogan. [uh/ab]