Meningkatnya infeksi virus corona tidak hanya menguji pemerintah negara-negara Eropa tetapi juga mengurangi solidaritas Uni Eropa karena negara anggota mengabaikan permohonan untuk koordinasi yang lebih besar.
Sebaliknya, pemerintah masing-masing negara tidak banyak memberi perhatian pada Brussels (kantor pusat Uni Eropa) dan berupaya sendiri untuk mengatasi virus dan kejatuhan ekonomi, kata para diplomat dan analis.
Satu demi satu, pemerintah dari 27 negara anggota Uni Eropa mengabaikan permintaan Brussels untuk tetap membuka perbatasan mereka dan mengakhiri prinsip kebebasan bergerak yang dianut blok itu serta mengabaikan aturan blok itu mengenai dukungan negara bagi industri dalam negerinya.
Jika sebelumnya para pemimpin Eropa berbicara mengenai perlunya "lebih mengeropa" para pemimpin nasional di blok itu memilih untuk mengambil jalan "mengurangi Eropa," kata pengamat.
“Logikanya, virus corona yang sekarang menghantam bagian-bagian Italia dan Spanyol dan menyebar ke seluruh benua, seharusnya menjadi peluang ideal bagi Uni Eropa untuk beralih dari kepatuhan dan nasionalisme perorangan menjadi solidaritas dan integrasi Eropa. Tapi sejauh ini, pandemi justru membuktikan sebaliknya,” kata Judy Dempsey, analis di lembaga riset Carnegie Eropa.
Pemerintah negara anggota telah melakukan caranya sendiri untuk mengatasi virus, kata Dempsey. "Tapi ini bukan respons Eropa. Pandemi belum menumbuhkan rasa solidaritas di antara negara-negara anggota atau memaksa peninjauan kembali peran Uni Eropa dalam menetapkan agenda, bahkan mengenai hal mendasar seperti menjaga sistem kesehatan, "lanjut Dempsey. [my/ii]